Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pak JK, Mbak Mega dan Mas Jokowi

3 April 2014   21:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:07 327 2
Wajah Maruarar Sirait, politisi PDI-P, nampak sumringah. Senyumnya tak lepas terulas dari bibirnya, begitu wartawan merubungnya. Hari itu, Rabu, 26 Maret 2014, Maruarar datang memenuhi undangan Charta Politika, sebuah lembaga riset politik, yang sedang punya hajatan merilis hasil survei terbarunya. Putra dari sesepuh PDI-P, Sabam Sirait itu, diundang Charta, sebagai penanggap hasil survei.
Selain Maruarar, penanggap lainnya adalah Saan Mustofa, mewakili Partai Demokrat dan Indra J Piliang yang datang sebagai politisi Partai Golkar. Tapi, bintang diskusi hari itu, Maruarar. Sebab saat baru saja tiba di tempat diskusi, sebuah restoran di Jakarta Selatan, Maruarar langsung dirubung wartawan. Seabrek pertanyaan dilontarkan, semuanya tentang capres PDI-P, Jokowi. Salah satu yang ditanyakan, adalah tentang siapa yang bakal diduetkan dengan capres kerempeng itu.
Dengan tangkas, dan sedikit berdiplomasi, Maruarar, coba menghindar untuk menjawab pertanyaan siapa yang akan diduetkan dengan Jokowi. Tapi, dalam sesi diskusi, Maruarar baru bicara agak panjang lebar tentang siapa yang bakal jadi calon wakil presiden bagi Jokowi. Beberapa nama disebut.
Dalam paparannya Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan, untuk posisi calon wakil presiden atau cawapres, nama Jusuf Kalla memang paling banyak disebut oleh responden sebagai tokoh paling tepat untuk menjadi RI-1. Begitu pun, saat ditanyakan, tentang siapa yang paling layak mendampingi Jokowi, mantan Wakil Presiden itu paling banyak disebut.
"Saat ditanyakan, siapa cawapres paling tepat bagi Jokowi, sebanyak 20,3 persen menjawab JK (Jusuf Kalla)," kata Yunarto.
Yang menarik adalah munculnya nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Wakil Gubernur Jakarta ini, bertengger diurutan dua, tokoh yang paling layak mendampingi Jokowi. Ahok disebut oleh 11,6 persen responden.
Dibawah Ahok, ada nama Dahlan Iskan yang disebut paling layak berduet dengan Jokowi oleh 9,5 persen. " Berikutnya Hatta Rajasa, yang disebut oleh 5,7 persen," katanya.
Maruarar mengatakan, bila melihat survei Charta, JK adalah yang paling banyak disebut. Suara publik yang berhasil dipotret Charta, menyatakan JK adalah orang yang paling  cocok sebagai pendamping Jokowi. Nomor dua, nama Ahok. Suara publik itu tentu akan jadi bahan pertimbangan bagi PDI-P, ketika menentukan siapa wakil yang akan mendampingi Jokowi dalam Pilpres nanti.
"Pak JK itu seorang senior. Dari awal dukung Mas Jokowi, saat Pilkada di Jakarta, " kata Maruarar mengenai sosok JK.
Hubungan JK dengan Megawati Soekarnoputri, kata Maruarar sangat bagus. Begitu juga hubungan mantan Wapres tersebut dengan Jokowi.
"Dengan Mas Jokowi juga bagus. Hubungan mereka baik. Bahkan ketika menang di Jakarta, Mas Jokowi, sowan ke Pak JK," kata dia.
Jokowi kata Maruarar, adalah orang yang unik. Pun ketika memperlakukan wakilnya, baik saat di Jakarta, maupun kala masih jadi Wali Kota Solo. Kepada wakilnya, Jokowi selalu memberi ruang yang bebas.
"Mas Jokowi itu melihat wakilnya itu bukanlah ban serep. Tapi kawan untuk bersinergi, seperti Bung Karno dan Bung Hatta," ujarnya.
Memilih cawapres Jokowi, kata dia, tentu tak bisa menafikan peran Megawati. Mega itu, katanya, sangat percaya kepada pilihan rakyat. Itu pula yang ia tunjukan, ketika  memutuskan untuk memberi mandat kepada Jokowi untuk jadi capres dari kandang banteng.
" Mas Jokowi itu pilihan rakyat, Mba Mega mendengar itu. Pasti. Dia itu negarawan," kata Maruarar.
Bagi Mega, pemilu itu harus menjadi sebuah ruang yang interaktif. Artinya, jangan menjadi ruang gelap. Publik mesti terlibat.
" Legitimasi publik itu diperlukan," kata dia.
Karena itu, PDI-P, Mega atau pun Jokowi, menginginkan wakilnya itu bukan orang yang akan jadi beban pemerintahan. Maruarar mengaku, sudah ada beberapa nama yang sedang ditimang-timang. Misalnya, dari TNI, paling tidak ada 3 nama yang memang banyak dibincangkan masyarakat layak untuk jadi cawapres Jokowi.
"Ada Pak Ryamizard Ryacudu, Pak Moeldoko dan Pak Luhut Pandjaitan. Yang kuat di bidang hukum, ada Pak Abraham Samad dan Pak Mahfud MD,"
katanya.
Dari sisi pengalaman, Jusuf Kalla juga banyak disebut. Namun yang pasti, rakyat harus dilibatkan. Karena urusan negara, bukan urusan satu atau dua orang saja. Minimal, ini harus dibicarakan dengan rakyat.
" Seperti saat bicarakan perlunya dicalonkan Mas Jokowi. Jadi tak mungkin ini tak jadi perhatian Mba Mega. Kalau tak mau mendengar apa yang disuarakan publik, tak mungkin Mas Jokowi capres," kata Maruarar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun