Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Kado Buruk Menjelang Lengser Buat Pak SBY

11 April 2014   03:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 441 3
Pada Rabu malam, 9 April 2009, saat mata sedang anteng memanteng tayangan acara Mata Najwa di Metro TV, tiba-tiba pembawa acara Mbak Najwa Shihab yang pintar itu, menginformasikan, bahwa sebentar lagi akan ada tayangan pidato politiknya Pak Susilo Bambang Yudhoyono atau Pak SBY, bapak Presiden, sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat.
Pak SBY, akan membacakan pidato politiknya, di Cikeas, tempat rumah pribadinya berada. Benar saja, setelah itu di layar kaca terlihatlah sosok Pak SBY. Saya lupa pukul berapa, tapi yang pasti, waktu sudah lewat Isya. Di layar kaca, di belakang Pak SBY, terlihat Mas Ibas atau Mas Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu Pak SBY dan Ibu Ani Yudhoyono yang juga menantunya Pak Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN. Mas Edhie ini, selain sebagai putra kesayangan Pak SBY, juga sebagai Sekjen Partai Demokrat, partai yang kini diketuai ayahandanya.
Wajah Pak SBY, saat mengurai pidatonya, tampak tak bersemangat. Tuturan kalimat yang dirangkai dalam pidato Pak SBY, meski tetap teratur tapi terdengar sudah tak bertenaga lagi. Hasil hitung cepat atau quick count, yang dilansir beberapa lembaga survei, memang sangat memukul Partai Demokrat. Bagaimana tidak, dari jawara pemilu, kini posisinya merosot jauh, hanya ada di urutan empat peraih suara terbanyak. Partainya Pak SBY, kalah telak oleh PDI-P, juga oleh Golkar. Bahkan disalip Gerindra.
Dalam beberapa hasil hitung cepat, Demokrat hanya meraih 9 persenan suara. Jauh berbeda dengan apa yang diraih pada 2009, dimana Demokrat sukses mendulang 20 persenan suara. Raihan suara di 2009 itulah, yang dulu membuat Pak SBY pede, termasuk saat menentukan cawapres. Sebab tanpa berkoalisi dengan partai mana pun, Demokrat bisa melenggang sendirian ke gelanggang Pilpres.
Karena itu, ia kemudian tak melirik Pak Jusuf Kalla atau Pak JK, yang kemudian maju sendiri sebagai capres Golkar berduet dengan Pak Wiranto dari Hanura. Pak SBY juga menolak tawaran Pak Amien yang menyodorkan Pak Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Nama-nama lain pun dipentalkan, seperti nama Mas Muhaimin Iskandar yang disorong oleh PKB. Atau Pak Suryadharma yang digadang PPP.
Bagaimana tidak pede, selain Demokrat sukses jadi jawara dengan raihan suara berlipat-lipat dibanding raihan suara pada pemilu 2004 yang hanya mampu mendulang 7 persen suara, elektabilitas Pak SBY juga menjulang tinggi dalam bursa survei capres kala itu. Pak SBY pun kemudian dengan percaya dirinya menggandeng Pak Boediono yang bukan orang partai sebagai cawapresnya. Terbukti duet Pak SBY-Pak Boediono menang telak dengan raihan 60 persenan lebih suara di Pilpres 2009. Raihan suara semelimpah itu pun, menghantarkan Pak SBY kembali ke Istana untuk yang kedua kalinya.
Tapi kini, dalam hajatan politik 2014, kedigjayaan Demokrat nyaris tanpa sisa. Raihan suara 20 persen lebih pada 2009, hanya tersisa 9 persenan. Alhasil, Demokrat sulit memajukan capres. Paling banter, Demokrat masih bisa menawarkan posisi cawapres terhadap partai-partai yang lebih punya peluang mencalon presiden.
Dengan suara yang terdengar berat, Pak SBY, mengucapkan selamat kepada PDI-P, Golkar dan Gerindra. Seraya ia menegaskan, bahwa ia dan partainya menerima hasil pemilu 2014. Dan, tak akan menggugat-gugat itu, apalagi sampai menuding ada kecurangan. Pak SBY sadar, kini partainya sedang terpuruk. Ia pun mengatakan, hasil buruk yang diraih partainya, akan jadi bahan evaluasi, agar Demokrat lebih siap di pemilu 2014. Tampak di layar kaca, wajah Mas Ibas pun sama keruhnya. Sebagai Sekjen, tentu Mas Ibas sangat terpukul, partainya begitu terpuruk.
Padahal, 2014 ini adalah tahun terakhir bagi Pak SBY, sebagai Presiden. Ia tak bisa lagi maju, sebab sudah dua kali menjadi Presiden. Bila tak ada aral melintang, pada 20 Oktober 2014, tanggal dimana Presiden dan Wakil Presiden terpilih bakal dilantik, Pak SBY akan kembali ke Cikeas dengan status sebagai mantan Presiden. Artinya Pak SBY, akan pensiun.
Mestinya, di masa pensiun, ada yang dikenang manis. Tapi sepertinya hasil yang didapat Demokrat pada pemilu 2014 ini, bukan kado terindah bagi Pak SBY, menjelang ia pensiun dari Istana. Bisa jadi ini menjadi masa pensiun yang tak mengenakan buat Pak SBY.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun