Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Ayam Babon Berburu Laron

26 Desember 2020   08:02 Diperbarui: 7 Januari 2021   11:43 407 14
Di pagi hari yang cerah, saat sisa-sisa hujan semalam masih membasahi daun dan rerumputan, terlihat gerombolan laron yang berterbangan. Mereka terbang dengan riangnya, hingga tak menyadari, bahwa dari bawah mereka telah diintai oleh sekawanan ayam yang hendak menjadikan mereka sebagai kudapan.

Diantara kelompok ayam itu, tak ketinggalan pula Si Babon yang tampak begitu bersemangat untuk memanfaatkan momen pesta makanan yang sangat langka ini. Ia tampak sesekali melompat sembari mencucuk seekor laron yang terbang. Entah, berapa ekor laron yang telah ia telan, hingga telih (Jawa: perut) mungilnya itu tampak kian padat berisi.

Si Joper, ayam jago yang dari tadi mengamati tingkah Si Babon semakin penasaran dengan aksinya yang tampak sangat asyik saat berburu mangsa di tegal. Seumur hidup tak pernah sekalipun ia berlaku seperti apa yang telah diperagakan oleh Si Babon itu. Maklum, sedari piyik (kecil) ia adalah anak kandangan.

"Bon, kamu sedang makan apa?" tanya Si Joper mengusir rasa penasaran.

"Laron." jawab Si Babon setelah menelan laron yang baru saja ditutulnya.

"Enak?"

"Jelas dong. Mau?"

"Ogah, ah. Tak pernah sekalipun aku makan kaya gitu. Bisa-bisa kena alergi seluruh badanku nanti." jawab Joper menyembunyikan rasa gengsinya.

"Ya, sudah. Lagian aku juga sudah kenyang dan letih berburu makanan. Lumayanlah untuk ganjal perutku hingga siang nanti. Perut kenyang badan pun sudah puas bergoyang. Sekarang aku tinggal rebahan." tanggap Si Babon.

"Sering-seringlah kamu meregangkan badan di ruangmu yang sempit itu, biar otot-ototmu tetap tertata. Awas lo, nanti kena saraf kejepit." Si Babon tiba-tiba menasihati Joper.

"Bener, kamu Bon. Temanku kemarin juga ada yang terserang penyakit telo gara-gara ia malas gerak. Padahal, sebelumnya sudah kubilangi ia, 'meski dalam kandang tetap harus olahraga secukupnya'. Eh, dianya bandel, jadi deh kena telo."

"Terus dimana sekarang temanmu itu?"

"Sudah disembelih sama sang pemilik kemarin. Kayaknya manusia itu nggak kepingin ia mati sia-sia gara-gara terserang penyakit itu. 'Daripada mati jadi bangkai, mending disembelih aja dulu biar bisa dimakan.' itu ucapan yang kusaksikan sendiri dari mereka."

"Tuh, kan. Sudah ada buktinya. Kamu mau senasib kaya temanmu itu?"

"Idih, ogah, ah. Aku masih kepingin nyicipi lezatnya konsentrat ditambah bekatul tiap hari."

"Hehe. Tapi, kalau kamu mati kan enak, nggak bakal disuntik-suntik lagi?"

"Halah, disuntik paling cuma dua hari sekali dan itupun hanya sekejap saja. Masih nggak seberapa dibanding lezatnya santapanku ini."

"Ya, sudah, kalau begitu. Terus selama tinggal di situ, apa kamu nggak sempat naksir sama betina-betina yang ada di sampingmu itu?"

"Naksir sih naksir. Tapi itu ibarat mission imposible alias nggak mungkin. Bagaimana mungkin aku akan meraih mereka, sementara aku terkurung di sini."

"Kasihan banget, ya, kamu Per."

"Nggak apa-apa lah, yang penting cairan tubuhku ini sudah nyampai ke mereka. Hehe. Setidaknya itulah bukti cintaku pada mereka." jawab Si Joper dengan tersenyum puas.

"Gombal." tanggap Si Babon singkat sambil meninggalkan Joper yang tengah berbangga diri atas keadaannya. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun