Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Manajemen Kematian Versi Ayam Pedaging

25 Desember 2020   06:31 Diperbarui: 7 Januari 2021   11:42 247 15
Celetuk si ayam jago tempo hari sungguh amat kebablasan. Tidak disangka gurauannya tentang ajal si Siska, ayam pedaging itu begitu menghujam keras ke dalam perasaannya. Akibatnya, beberapa hari ini ia menjadi tak enak makan-minum ditambah memiliki sebuah kebiasaan baru, yakni begadang semalaman.

Akibat kebiasaannya itu, badan Siska si ayam sayur pun tampak menyusut sangat drastis. Ia yang dahulu merupakan ayam tertambun di kelompoknya, berubah 180 derajat, menjadi anggota yang terkurus di komunitasnya itu.

Melihat perubahan diri Siska yang tampak begitu musykil ini, Yuli, seekor ayam pedaging lain yang merupakan sahabat karibnya menjadi penasaran dan berniat untuk datang menghampiri.

"Ada apa gerangan Sis, hingga kamu berubah seperti ini?" tanya Yuli membuka percakapan.

"Entahlah, akhir-akhir ini pikiranku sedang kalut, Yul." jawab Siska singkat.

"Ada masalah apa sehingga pikiranmu kok menjadi gabut begini?" Yuli menyelidik.

"Itu lo, ocehan si jago kemarin sungguh keterlaluan. Masak ia bilang kalau umurku cuma tinggal sisa tiga bulan." jawab Siska penuh kecewa.

"Loh, memang benar khan? Rata-rata dari kita memang sudah semestinya dijual oleh sang pemilik setelah tinggal selama tiga bulan di kandang ini!" tanya Yuli dengan nada heran.

"Kalau cuma itu yang ia katakan sih aku bisa terima. Tapi, kalau sudah masalah kematian itu lain soal, Yul!" jawab Siska tampak semakin dongkol.

"O, jadi itu masalahnya. Kalau begitu, sebenarnya kamu harus berterima kasih pada si joper."

"Maksudmu? Kamu juga mau ngeledekin aku?"

"Bukan begitu Sis. Justru sebaliknya. Joper, si jago super itu sebenarnya kan sudah ngingetin kita kalau umur kita di dunia ini memang tak lama. Terlepas kapan dan bagaimana kita akan mati, itu kan sudah bagian dari kehendak Sang Kuasa."

"Terus, kamu juga nyalahin aku?"

"Bukannya begitu. Aku cuma nggak tega aja lihat kamu yang terus-terusan bengong kaya gitu, hingga badanmu jadi kurus kering kaya gini. Bukankah jika kamu sampai sakit entar, itu sama saja kamu berusaha mempercepat kematianmu sendiri?"

Siska, si ayam pedaging itu mencoba memandangi wajah sahabatnya yang tampak begitu teduh dan menenangkan itu.

"Sudahlah Sis. Buat apa terlalu dipikirin.  Lagian itu kan cuma gurauan. Anggap saja kalian sedang bergurau tapi dapat bonus."

"Bonus?"

"Iya. Bonus tentang muhasabah (wejangan) kematian."

"Benar juga kamu Yul. Buat apa juga ya, aku terlalu banyak mikirin hal ini. Lagi pula rasa konsentrat kan masih enak untuk ditutul." ungkap Siska seakan mulai sadar dari kesalahan cara pandangnya yang terdahulu.

"Begitu dong. Lagipula bukan hanya aku yang bakal bersedih kalau kamu sampai jatuh sakit nanti, melainkan juga pemilik kita yang sudah repot-repot merawat kita itu."

"Betul, Yul."

"Bukankah jika mereka memanen kita dalam kondisi yang gemuk, hal ini akan lebih menyenangkan hati mereka? Anggap saja itu adalah bentuk balas budi kita pada mereka."

"Setuju, Yul,"

"Ya sudah, itu bekatulnya sudah mau datang. Ayo kita sosor [makan] bersama!" tutur Yuli sambil menunjuk mas-mas yang tengah menenteng timba berisi bekatul ke arah mereka.

"Ayo!" jawab Siska penuh semangat. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun