Keinginan mereka untuk mewujudkan rencana tersebut semakin kuat setelah memperhitungkan kesehatan Nabi Ya'qub yang tampak jauh lebih prima dibanding kondisi sebelumnya. Begitu luar biasanya kabar tentang Yusuf itu, sehingga semenjak beliau mendapat kabar itu, segala penyakit yang mengendap di dalam tubuhnya seakan telah tercerabut begitu saja.
Oleh karena itulah, sebelum menempuh jarak safar yang panjang, mereka pun menyiapkan bekal perjalanan sekaligus membawa beberapa karung yang akan mereka isi dengan bahan makanan.
Dan hingga akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama beberapa hari, tibalah rombongan mereka itu di tempat yang dituju, yakni di pintu masuk Ibukota Mesir. Sungguh tak dinyana, di tempat itu rupanya kehadiran mereka telah dinanti oleh Nabi Yusuf dan para ajudannya.
Saat itu keluarga Nabi Ya'qub mendapat sambutan yang begitu hangat dari mereka, bak tamu terhormat yang menghadiri acara jamuan dari sang raja.
"Masuklah Panjenengan ke negeri Mesir ini, duhai Bapakku. Insyaallah, Panjenengan semua akan senantiasa aman saat bersemayam di dalamnya." ucap Nabi Yusuf tersenyum bahagia seraya merangkul bapaknya.
Usai mereka semua berangkulan sambil melepas rasa rindu yang teramat sangat, Yusuf pun segera mempersilakan kedua orang tuanya itu untuk naik ke atas singgasana yang megah. Dalam suasana yang penuh haru itu, secara spontan, tiba-tiba mereka semua menunduk hormat kepada Yusuf.
"Wahai Bapakku, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah mewujudkannya. Sesungguhnya Tuhanku telah menganugerahkan kebaikan kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika Dia membawa Panjenengan semua dari dusun menuju ke tempatku ini, setelah sebelumnya setan merusak hubunganku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." ucap Yusuf seraya mendekat pada bapaknya.
Nabi Ya'qub membenarkan ucapan putera kinasih-nya itu dengan senyuman dan tatap mata yang teduh menenteramkan. Beliau seakan teringat kembali dengan dialog mereka beberapa tahun silam saat puteranya itu bercerita bahwa ia telah bermimpi melihat sebelas gemintang, matahari dan rembulan yang semuanya bersimpuh sujud di hadapannya.
Rupanya, mimpi itu telah menjadi nyata kini. Nabi Ya'qub, beserta isteri, dan seluruh puteranya telah mengakui bahwa seorang anaknya yang bernama Yusuf ini telah mendapatkan derajat kemuliaan yang lebih tinggi dibanding mereka semua. Sehingga karena kemuliaan yang ia miliki itulah menjadi patut bagi mereka semua untuk memberi hormat kepadanya, sebagai seseorang yang berderajat mulia di sisi Allah.
"Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. Wahai Tuhan Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan selamat dan kumpulkanlah aku bersama dengan golongan orang-orang yang shalih." doa Yusuf di dalam hati pada suasana yang penuh khidmat itu.
***
Kawan, berdasarkan kisah Nabi Yusuf dan keluarganya tadi, kiranya kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya.
Pertama, mengenai pentingnya sikap sabar dalam menghadapi berbagai ujian.
Dari kisah nubuwah tentang Nabi Yusuf dan keluarganya yang telah menjalani bentuk-bentuk ujian yang berat dan bertubi-tubi dari Allah SWT ini, kiranya kita menjadi lebih tahu bahwa Allah juga memberikan kebahagiaan kepada mereka berkat laku kesabaran yang mereka amalkan saat menjalani ujian-ujian itu.
Sikap sabar dapat mereka miliki saat menjalani berbagai cobaan itu sebab mereka senantiasa menyadari bahwa Allah akan selalu hadir untuk membersamai mereka dalam menghadapi berbagai ujian itu dengan jarak yang begitu dekat dengan diri mereka, sehingga dalam kondisi bagaimanapun dahsyatnya cobaan itu tidak sekalipun yang akan menggoyahkan keyakinan mereka.