Apa sampeyan kenal saya? Kalau sampeyan seorang yang terhormat, saya saran seandainya sampeyan kenal pura-puara ngak kenal saja ya, sebab “pengenalan” sampeyan pada saya, sedikit banyak akan mempengaruhi keterhormatan sampeyan, bahkan bisa-bisa keterhormatan sampeyan akan hilang. Katanya, saya adalah sampah masyarakat, penyakit masyarakat yang harus dibuang atau dibasmi habis. Jangan khawatir sekotor apa pun label yang dilekatkan pada diri saya, saya ngak akan marah. Saya sudah terbiasa kok dengan label-label yang menjijikan seperti itu. Coba perhatikan saja deretan sebutan buat orang seperti saya ini: cabo, lonte, pelacur, kupu-kupu malam, jablay, WTS, dan PSK. Semua kata itu semakna meskipun ada yang terasa kasar, ada juga yang terdengar halus mendayu-dayu. Sampeyan boleh memanggil saya dengan sebutan lonte. Aih, itu lebih mak nyuus terasanya sebab kata lonte dipakai Bang Iwan Fals dalam lagu “Lonteku”. Tentu saja saya senang, wong saya pengagum berat Iwan Fals kok. Selain lagu “Lonteku”, saya suka lagu “Bento”. Kadang saya memimpikan jadi istri simpanan si Bento itu. Ngak apa-apa saya tidak diperkenalkan kepada siapa pun asal saya dapat uang belanja yang besar. Sayangnya, mana mau Bento sama saya, lagian tempat mainya si Bento pastinya di hotel bintang lima, sedangkan saya maennya paling-paling di penginapan kelas melati.