"Yaasiin, Wal quranil hakim, Innaka laminal mursalin." Suara itu lamat-lamat menerobos hiruk pikuk keramaian malam kota Manhattan. Menerobos gedung-gedung pencakar langit, menelusup hingga ke ruang jiwa yang paling dalam. Itu yang di rasakan Burhan setiap malam, sepanjang pekan, bahkan sepanjang tahun ketika dirinya harus menetap melanjutkan studi di rantau orang.
KEMBALI KE ARTIKEL