Bersama rintik hujan bulan pebruari, aku datang mengunjungimu di lorong sunyi bangunan mimpi, memanggul gulungan rindu yang mulai menua di hempas zaman, menyeret dengan langkah tertatih jejak kenangan yang tiada berbentuk lagi. Tercabik- cabik batu padas penantian, merintih terhujam ranting-ranting tajam rasa kesepian, bahkan tubuhku hampir rapuh di telan jauhnya perjalanan
KEMBALI KE ARTIKEL