Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sex: Merisaukan Richard Dawkins, Evolusionis Ateis dari Oxford

14 Juli 2012   14:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:57 565 2
Teori evolusi tidak mempunyai tujuan akhir, demikian kata Richard Dawkins—ateis yang dijuluki juru bicara Charles Darwin  paling vokal saat ini dari Universitas Oxford, Inggris. Meskipun tak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk tertinggi derajat evolusinya saat ini, tidak berarti manusia adalah puncak evolusi.

Seleksi alam tidak mengenal kesempurnaan—yang   fit saat ini bisa jadi tidak fit lagi di kemudian hari.  Semuanya berubah sesuai dengan hakikat evolusi itu sendiri, demikian Dawkins.

Jika evolusi tidak mempunyai tujuan akhir maka bagaimana menjelaskan dua fenomena berikut: munculnya seks (jenis kelamin) dan spesialisasi organ pada makhluk hidup.

Sex: kebuntuan evolusionis?

Secara teoritis maupun praktis, semua sel hidup memiliki kemampuan untuk membelah diri.  Ini artinya semua makhluk hidup, baik uni- maupun multi seluler, memiliki kemampuan bereproduksi secara vegetatif. Dengan cara vegetatif,  satu sel induk akan membelah menjadi dua sel anak.

Jika ditinjau dari aspek seleksi dan adaptasi, bukankah reproduksi vegetatif (a-seksual) juga menghasilkan keturunan yang fit? Lalu mengapa evolusi menghasilkan makhluk yang bereproduksi secara generatif (secara seksual)?

Dalam reproduksi generatif, dua sel induk (jantan dan betina) bersatu menghasilkan satu sel zigot (anak). Jika ditinjau dari tujuan ekonomis reproduksi, bukankah cara reproduksi seksual merupakan pemborosan energi dan kurang efisien untuk menghasilkan keturunan secara cepat?

Pertanyaan yang tak mampu dijawab secara logis dan empiris oleh tokoh pendukung Teori Evolusi Darwin yang terang-terangan mengaku atheist, Prof. Richard Dawkins, meskipun dengan teori ‘the selfish gene’-nya

Spesialisasi organ: misteri tak (-kan pernah) terpecahkan?

Semua makhluk hidup multi seluler, tidak peduli sebesar apa ukurannya, berkembang dari satu sel yang disebut zigot. Zigot membelah diri membentuk embrio, embrio lalu berkembang menghasilkan organ-organ yang terspesialiasi bentuk dan fungsinya: daun, batang, dan akar pada tumbuhan;  atau: kulit, tulang, jantung, usus, ginjal dan hati pada binatang.

Para biologiwan sudah mengungkap secara terang benderang bahwa semua sel tubuh organism memiliki jumlah dan macam gen yang identik. Tetapi faktanya, sel-sel embrio kemudian berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda struktur dan fungsinya. Misalnya, ada yang menjadi jantung (peredaran), paru-paru (pernapasan), otot (pergerakan), kulit dan kuku (perlindungan).

Bagaimana sesungguhnya gen mampu membuat keputusan dan membagi tugas pada setiap sel baru yang terbentuk setelah sebuah molekul (gen) DNA (deoxyribonucleic acid) bereplikasi dalam proses pembelahan zigot? Bagaimana pula gen yang terdapat pada sel-sel organ yang terspesialisasi tadi tahu tugasnya masing-masing, sehingga menghasilkan produk (ekspresi) yang berbeda-beda (ada yang jadi kulit, mata, paru, dan jantung)?

Penutup

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun