Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Ateis Melayu: Tuhan Telah Terkubur di Bawah Rongsokan Agama

18 Juli 2011   07:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 378 1
Kita sudah tidak asing dengan sebutan intel melayu. Intel melayu dilekatkan pada orang menjabat intel tetapi suka petantang-petenteng, terus terang mengaku jika dirinya intel. Padahal, intel sejati justru tidak pernah menunjukkan tanda-tanda apalagi sengaja mengaku dirinya intel, meski harus menerima siksaan yang menyakitkan. Nah, bagaimana dengan ateis melayu? Inilah kisahnya.

Bram, demikian dia biasa dipanggil teman-temannya. Selepas menamatkan S-1 di dalam negeri dia mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studi hingga S-3 di LN dengan komitmen setelah tamat dia mengabdi di salah PTN ternama di dalam negeri.

Suatu hari, sekembalinya Bram dari LN, dia diajak makan siang oleh rekan-rekannya semasa S-1 dulu ke sebuah restoran. Berangkatlah mereka sebanyak 4 orang menumpang mobil salah satu rekannya.

Sepanjang perjalanan mereka ngobrol tentang banyak hal, sampai ke masalah ketuhanan dan agama. Tiga rekannya, Irfan, Frans, dan Juned, boleh disebut religius sebab yang Islam rajin sholat dan puasa, sementara rekannya yang Kristen tetap rajin ke gereja mengikuti berbagai acara misa dan kebaktian.

Bram : Aku mohon maaf pada kalian semua. Sejak kuliah di S-1 dulu hingga selesai S-3 ini aku sudah mempelajari semua konsepsi ketuhanan dan ajaran moral beragam agama mulai dari Hindu, Kristen, Islam, Zoroaster, hingga Buddha.

Berdasarkan ajaran agama-agama itu aku berkesimpulan bahwa Tuhan hanyalah konsep buatan pikiran manusia yang timbul karena rasa frustrasi dalam mengatasi persoalan hidup sehari-hari.

Sementara agama hanyalah institusi yang sengaja diciptakan kalangan elit masyarakat tertentu untuk membelenggu daya kritis masyarakat dengan ancaman neraka dan iming-iming syurga setelah mati.

Dengan cara itulah mereka (para elit) itu membangun dan mempertahankan hegemoninya atas umat pengikutnya yang bodoh.

Frans (teman Bram penganut Kristen):

Wah ya gak seperti itu lah, Bram. Kamu boleh mengandalkan nalar mu untuk meragukan eksistensi Tuhan, tetapi sadarkah kamu bahwa dalam diri mu ada komponen yang bisa dipilah: komponen fisik dan spiritual?

Bram : Semua yang kamu sebut komponen spiritual itu hanyalah omong kosong, Frans.

Ketika komponen fisik (saraf) mengalami anomali, kesadaran yang biasa kamu disebut sebagai manifestasi spirit itu juga kacau.

Ketika komponen fisik berhenti aktif, kehidupan pun tamat. Kesadaran atau apa pun namanya, hanya muncul karena adanya interaksi komponen fisik tadi. Jadi, hanya materi yang eksis pada diri setiap makhluk hidup.

Kesimpulan ku Tuhan itu tidak ada. Kalau pun pernah ada maka dia sudah kukubur di bawah rongsokan agama-agama yang sudah ku buat pora-poranda tadi.

Tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi disalip dari sebelah kiri oleh sebuah sepeda motor yang dikemudikan secara ugal-ugalan lalu memotong lintasan yang berada di depan mobil mereka. Karuan saja gerakan sepeda motor itu membuat kaget Irfan, teman Bram, yang memegang kemudi. Irfan lalu mengerem mendadak sehingga membuat seluruh penumpangya terkejut dan berseru dengan beragam kata, tak terkecuali Bram.

Bram (kaget): Oh my God!

Frans, Irfan, dan Juned : Haaah..!!!

Irfan (sambil tersenyum): Ternyata Tuhan masih hidup di dalam mobil butut ku ini ya, Bram...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun