Mereka berprestasi di kala menempuh pendidikan, namun prestasi yang diraih adalah prestasi dalam kemampuan menjawab serangkaian soal-soal tertulis yang diberikan dalam ragam ujian. Persoalan pendidikan paripurna bukanlah semata kepintaran menjawab soal ujian, namun di dalamnya terdapat dua pilar penting lainnya yaitu sejauh mana kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosionalnya. Di dalam dua pilar terakhir itulah terdapat kepribadian luhur dan kepekaan terhadap sesama manusia dan lingkungan dimanapun ia berada. Bila pendidikan model terpadu tersebut yang berlangsung di era 60 an, 70 an, 80 an, 90 an maka saat ini bukan seperti ini keadaan Indonesia.
Saatnya merombak pendidikan yang menempatkan persoalan prestasi semata pada raihan nilai ujian tulis. Lulusan terbaik adalah mereka yang memiliki akumulasi nilai tertinggi dari gabungan tiga penilaian utama dari proses pendidikan, yaitu kemampuan nalar, kematangan emosional dan ketinggian spiritual. Persoalannya dibutuhkan parameter yang konkrit untuk memberi nilai dua pilar pendidikan yang kerap terabaikan.
Lulusan terbaik, bukan lagi hanya si kutu buku yang apatis terhadap sesama dan lingkungan, bukan lagi mereka yang kosong hatinya dari keberadaan Sang Pencipta. Tapi si Kutu buku yang memiliki kepedulian sosial dan selalu taat pada Tuhannya.