“Hai kau pencuri, kembalikan makanan itu atau kula- porkan kau ke Rasulullah saw.!” gertaknya.
“Ampun, Tuan. Aku ini orang miskin. Keluargaku sa¬ngat membutuhkan makanan ini. Tolong lepaskan aku,” rengek pencuri itu.
Karena tidak tega, Abu Hurairah melepaskannya. Esok harinya, Abu Hurairah melaporkan kejadian pen¬curian itu kepada Rasulullah saw.
“Lalu apa yang kaulakukan terhadap pencuri itu?” tanya Rasulullah.
“Dia menceritakan tentang keluarganya yang miskin dan membutuhkan makanan, ya Rasul. Aku menjadi kasihan kepadanya, lalu aku lepaskan dia,” jawab Abu Hurairah jujur.
“Pencuri itu bohong, wahai Abu Hurairah! Dia pasti akan datang lagi malam ini,” kata-kata Rasulullah mem¬buat Abu Hurairah terkejut.
Malam harinya Abu Hurairah memperketat penjagaan. Ternyata, apa yang dikatakan Rasulullah saw. benar. Pencuri itu kembali mengendap-endap dan mengambil segenggam makanan. Dengan mudah, Abu Hurairah langsung menangkapnya.
“Akan kulaporkan kau kepada Rasulullah saw.!,” ancam Abu Hurairah seperti kemarin.
Lagi-lagi, pencuri itu memelas, “Ampuni aku, wahai penjaga. Kasihanilah keluargaku. Aku janji, besok tidak akan kembali lagi.”
Abu Hurairah kembali tersentuh dengan kata-kata si pencuri. Untuk kedua kalinya, ia lepaskan pencuri zakat tersebut. Esok paginya, Abu Hurairah kembali mence¬ritakan kejadian itu kepada Rasulullah saw. Seperti hari sebelumnya, Rasulullah mengatakan kalau si pencuri itu berkata bohong dan dia pasti akan kembali lagi malam nanti.
Malamnya, Abu Hurairah kembali meningkatkan kewaspadaan. Dia kesal terhadap pencuri yang mem¬bohonginya itu. Kali ini, dia bertekad untuk tidak lagi terpengaruh dengan kata-kata si pencuri.
Rasulullah saw. memang benar. Pencuri itu kembali datang. Dia mengendap-endap dan mencuri makanan. Dengan geram, Abu Hurairah segera menangkap dan membuat pencuri itu bertekuk lutut di hadapannya.
“Kali ini, kau benar-benar akan kuadukan kepada Rasulullah saw. Aku tidak akan melepaskanmu lagi, wahai pencuri!”
“Tolong lepaskan aku,” pencuri itu kembali memohon.
“Tidak! Sudah dua kali janjimu kauingkari. Kali, ini aku tidak akan tertipu lagi,” Abu Hurairah memegang tangan pencuri itu dengan erat.
“Kali ini aku benar-benar berjanji, Tuan. Tolong lepaskan aku. Aku akan mengEy arimu kalimat-kalimat yang berguna,” pinta si pencuri.
“Kalimat apa itu?” Abu Hurairah penasaran.
“Allaahu laa Ilaaha illaa huwal-hayyul qayyuuumu… dan seterusnya sampai akhir ayat. Bacalah setiap malam sebelum tidur, Tuan akan selalu dipelihara oleh Allah dan tidak akan ada setan yang berani mendekati Tuan sampai pagi.”
Lagi-lagi, pencuri itu dilepaskan oleh Abu Hurairah. Keesokan harinya, Abu Hurairah kembali menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Rasulullah saw. Ter¬nyata, tanggapan Rasulullah saw. kini berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
“Pencuri itu berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta,” kata Nabi.
“Lalu tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?” lanjut beliau.
“Entahlah,” Abu Hurairah menggeleng.
“Itulah setan,” tegas Rasulullah saw.