Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penanggung jawab Gizi di Aceh itu dilaksanakan selama dua hari mulai dari tanggal 20-21 Oktober 2022 yang bertempat di Hotel Permata Hati Banda Aceh. Selain itu, kegiatan workshop ini juga untuk meningkatkan kapasitas NGO dan media sebagai mitra sub kluster gizi Aceh.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Bidang Fasilitasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemenkes RI, Dr. Rita Djupuri, DCN, M.Epid via zoom, Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBA Fazli, SKM, M.Kes, Kadinkes Aceh, Hanif, Kepala UNICEF Perwakilan Aceh, Andi Yoga Tama via zoom, Direktur Eksekutif Flower Aceh, penjab gizi 23 kabupaten/kota di Aceh, dan organisasi profesi dan LSM terkait isi gizi dan kebencanaan di Aceh.
Kepala UNICEF Perwakilan Aceh, Andi Yoga Tama, mengatakan kegiatan orientasi respon gizi pada masa tanggap darurat dan simulasi rencana kontijensi gizi pada masa tanggap darurat bencana Aceh ini menghadirkan 23 penjab gizi dari 23 kabupaten/kota di Aceh yang bertujuan untuk bersama-sama belajar.
"Belajar mengenai orientasi pedoman nasional respon gizi dan workshop simulasi rencana kontijensi gizi di Aceh," kata Andi dalam sambutannya melalui zoom.
Andi berharap kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat dan meningkatkan kapasitas penanggung jawab gizi dalam kesiapsiagaan merespon gizi pada masa tanggap darurat bencana.
"Saya sangat mengapresiasi kepada panitia, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, Politeknik Kesehatan Kemenkes (Poltekkes) dan partisipasi semua atas terselenggaranya kegiatan workshop ini," tutur Andi.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Hanif, menyampaikan apresiasi kepada Unicef perwakilan Aceh yang bekerjasama dengan Flower Aceh, Dinkes dan Poltekkes Aceh terkait kegiatan ini.
"Kegiatan ini memerlukan dukungan yang besar dari Pemerintah Aceh sebagai salah satu strategi dalam mengurangi angka stunting," ucap Hanif.
Hanif juga berharap workshop ini dapat meningkatkan pemahaman penjab gizi dan semua pihak mengenai respon gizi dan memudahkan dalam menyusun rencana kontijensi pada masa tanggap darurat bencana di Aceh.
"Mudah mudahan workshop akan meningkatkan pemahaman bersama mengenai respon gizi dan memudahkan kita dalam menyusun rencana kontijensi gizi pada masa tanggap darurat bencana Aceh," tegas Hanif.
Menurutnya, kegiatan ini sangat penting mengingat sebagian wilayah Aceh rentan akan bencana alam. Dampak dari bencana alam sendiri adalah kesehatan masyarakat terutama gizi buruk terhadap anak.
Hanif menegaskan Pemerintah Aceh terus meningkatkan upaya penurunan gizi buruk dan stunting, berbagai strategi telah dilakukan dalam upaya penanganan cepat dan tepat penurunan stunting. Salah satu strategi, membentuk satgas melakukan sosialisasi dan pendataan di desa.
"Strategi ini tidak mudah dilakukan karena jangkauan wilayah yang luas. Di sisi lain pemerintah menghadapi berbagai tekanan dalam penyadaran tentang betapa pentingnya asupan gizi bagi keluarga. Salah satunya minimnya kepedulian masyarakat terhadap gizi yang merupakan salah satu penyebab tingginya angka stunting," tegasnya.
Untuk itu, lanjutnya, Hanif berharap workshop ini dapat mengetahui kelompok terdampak bencana yang menjadi prioritas. Jangan sampai saat bencana justru mereka tidak mendapatkan gizi yang baik. Kemudian, kelompok lain yg menjadi perhatian kita yaitu ibu hamil.