Sang preman cuma duduk manis. Berbeda dengan seorang pria bersepatu boot, yang tampak sibuk mengepel lantai tempat wudlu yang basah. Mushola itu berukuran kecil dan tentu saja tempat wudhunya juga kecil.
Tetapi, si pria bersepatu boot terlihat bersemangat mengepel lantai tempat wudhu, di sela kaki jamaah yang lalu lalang. Saat itu, pengunjung ramai karena sudah masuk waktu ashar. Dan si pengepel lantai mungkin tengah bersemangat, sehingga enggan menunda kegiatan mengepel, menunggu mushola sepi.
Si preman masih duduk manis. Di depannya, teronggok kotak kayu berukuran besar. Di kotak kayu itulah, jamaah dengan tertib memasukkan uang seribuan rupiah. Tak semua pengunjung bermaksud sembahyang. Sebagian cuma numpang pipis di toilet.
Saya sendiri cuma melintas, tanpa sempat mampir di mushola kecil yang dijaga preman bertato dan pengepel bersepatu boot yang tampak sibuk itu.