Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Marah dengan Cinta? Apa Itu?

12 Desember 2010   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:48 127 0

Marah itu tidak baik. Bahkan mungkin marah itu adalah dosa. Namun dalam mendidik anak, banyak yang mengatakan marah itu perlu. Hmmm… Apakah anda bingung? Saya tidak akan menjawab pertanyaan itu dengan teori-teori psikologi, karena saya memang tidak ahli dalam hal itu. Sayamenjawab pertanyaan ini cukup dengan sebuah kisah di masa kecil saya, saat saya masih nakal-nakalnya. Pada saatsaya masih duduk di bangku SD, setelah pulang sekolah, saya minta ijin kepada sopir antar jemput saya. Saya meminta ijin untuk tidak pulang bersama sopir antar jemput saya. Saya berkata kepada sopir antar jemput saya bila saya tidak pulang bersamanya, karena saya ada acara bersama teman-teman di sekolah. Karena saya mengatakan hal itu dengan sangat serius, maka dia punpercaya, dan meninggalkan saya di sekolah.

Setelah itu, saya bersama teman-teman sekolah saya segera bermain ke rumah salah seorang teman saya. Di sana saya bermain Video Game. Karena saking asyiknya bermain, saya tidak sadar kalau jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Maka saya pun segera pulang dari rumah teman saya tersebut. Saya pulang menggunakan bus kota. Saat itu saya menunggu bus lama sekali, hingga pukul enam petang. Tidak seperti biasanya saya menunggu bus yang jalurnya melewati rumah saya dengan segitu lamanya.

Saya sampai di rumah hampir pukul tujuh malam. Saat saya berada tepat di depan pintu rumah, hati saya dag dig dug tidak karuan. Saya yakin, kalau Ayah dan Bunda saya pasti akan marah saat menemui saya pulang dari sekolah hingga pukul tujuh malam. Benar dugaan saya, tidak lama setelah saya mengetuk pintu rumah, saya melihat bunda membuka pintu. Ternyata beliau sudah menunggu tepat di depan pintu.

Setelah itu, Bunda langsung memarahi saya. Beliau menanyakan pada saya macam-macam dengan nada yang lumayan keras. Tidak biasanya bunda marah hingga seperti itu. Saya pun menangis pada saat saya dimarahi. Saya bisa merasakan kekhawatiran bunda saya saat menunggu saya di rumah hanya dengan kabar dari sopir bila saya ada acara di rumah teman. Saya tidak merasakan sakit di dalam hati saya meski bunda memarahi saya. Justru du lubuk hati saya yang paling dalam, ada perasaan sangat menyesal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun