Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mbok Ponirah

4 Juni 2016   21:28 Diperbarui: 4 Juni 2016   21:34 30 1
mbok ponirah
penjual sayur gendong
usianya telah renta
tak peduli kaki berdarah-darah
juangnya tak surut demi anak cucu
meski sehari pendapatan tak pasti
asal terbeli beras
mimpi terasa terobati
baju mbok ponirah
hanyalah kebaya tua
empat hari sekali baru bisa berganti
wajah keriputnya terus menari
saat mulutnya asik menginang
tak peduli terik
tak peduli hujan
Tuhan
adalah harapan
mengais rezeki tanpa henti
dari subuh bertemu senja
mbok ponirah tetap perkasa
malam telah terbiasa dengan keheningan
lampu teplok menyala ala kadar
dari dinding geribik
cahayanya menembus hingga ke cakrawala
tak ada menu spesial malam ini
mbok ponirah berkumpul
duduk santai di amben reot bersama anak dan cucu
sambil menikmati sepiring nasi dan sepotong tempe goreng
wajahnya sumringah
meski ia tahu bahwa nanti malam
tak akan pernah ia temukan mimpimimpi
indah seperti harapannya

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun