Pernah lihat manusia kloning? Saya pernah. Mau tau? Ceritanya begini, once upon a time saya punya teman sebut saja si A dan si B. Si A dan si B pada mulanya bukanlah 2 orang yang punya style sama. Asal mereka juga berjauhan. Si A dari Borneo dan si B dari Java. Tapi seiring waktu berjalan, semakin hari saya lihat si A dan si B seperti 2 bayi kembar yang lahir hanya berselang menit, tentu saja dengan rahim ibu yang sama. Bak sampah dibelah duren, ehh salah maksud saya bak pinang dibelah dua. Kini, si A tampak tak lagi khas dengan gaya dan busananya dulu, saat kami pertama kali bertemu. Memang, perubahan lingkungan dan penetrasi budaya yang tak terbendung mau tidak mau menjadi kambing hitam atas perubahan yang terjadi pada si A. Apalagi bila boleh dikatakan kalau si A adalah orang baru di kota metropolitan. Tapi saya tidak turut menyalahkan arus massive budaya tersebut. Tidak. Menurut saya seberapapun kencangnya angin menghantam pohon yang menjulang tetaplah kekokohan dahan yang membuatnya mampu bertahan. Begitu juga dengan prinsip yang seseorang pegang dengan mantap, takkan mampu mengubah paradigmanya atas sesuatu barang sedikitpun. Itu kalo dia idealis. Tidak pragmatis, liberalis apalagi apatis. |Hahh, apa tadi?? |Sudah, sudah, gag usah dipikirin :D