Jujur, saya turut kagum dengan sosok idola pilihan Ust. Felix Y Siauw, The Qonqueror Mehmed II aka Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel. Bisa dibilang saya ikut mengidolakannya. Itulah yang terjadi setelah saya selesai membaca buku-buku karangan beliau, khususnya Muhammad Al-Fatih 1453. Mungkin pernah ada yang bertanya, termasuk saya sendiri, kenapa hanya Muhammad Al-Fatih? Kenapa setiap tulisan/buku2 karya beliau selalu mengangkat sosok pejuang yang satu ini? Bukankah pejuang Islam yang lain banyak? Dan Muhammad Al-Fatih hanyalah satu diantara mereka. Apa sihh istimewanya??
Untuk itu akan kita bincangkan dalam tulisan ini seputar pertanyaan tadi, kenapa harus Muhammad Al-Fatih, yang selanjutnya akan disingkat menjadi MAF saja.
MAF memang satu diantara banyaknya pejuang muslim yang mendedikasikan hidupnya hanya untuk Islam. Ada banyak pejuang Islam dan kota-kota yang telah ditaklukkan sejak Islam tegak di Madinah. Tapi tahukah anda mengapa MAF begitu istimewa? Sultan ke-7 Turki Utsmani ini adalah pejuang dengan jiwa penakluk yang tinggi yang telah mampu membebaskan Konstantinopel bersama pasukannya dengan cara yang tidak pernah terbayangkan oleh orang-orang dimasanya. Ust. Felix menyebutkan dalam quote-nya yang terkenal dengan “to see beyond the eyes can see”. Dialah sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, panglima terbaik dengan pasukan terbaik pula. Ksatria terhebat sepanjang masa. Sosok yang mampu membuktikan bisyarah yang keluar dari lisan mulia Rasulullah selama 825 tahun sebelum kelahirannya.
Kita tidak akan bercerita panjang lebar seputar pribadi MAF dan ekspedisinya. Akan tetapi, spirit perjuangan dan sikap mental seorang MAF-lah yang hendak diungkap disini. Bila anda ingin tahu lebih jauh bagaimana kisah heroiknya, saya sarankan untuk membaca sendiri bukunya. Disitu akan anda dapati kisah lengkap lagi detil perjuangan ideologis MAF beserta pasukannya menaklukkan kota Heraklius.
Oke, mari kita lanjutkan. Bercermin pada tokoh MAF tadi, maka sikap mental seorang MAF haruslah dimiliki oleh setiap muslim, apalagi bagi mereka yang telah berazzam mengorbankan dirinya di jalan Islam, terkhusus kepada para hamlud dakwah pejuang syariah dan khilafah. Karena apa yang mereka perjuangkan seringkali menjadi bahan olok-olok, cibiran, bahkan fitnah oleh pihak-pihak tertentu. Tidak sedikit yang bilang perjuangan menegakkan syariah dan khilafah adalah mimpi di siang bolong, ilusi, utopis, dll. Bahkan yang anehnya lagi ungkapan tersebut justru keluar dari mereka yang notabene Muslim.
Kalaulah perjuangan penegakan syariah dan khilafah dianggap mimpi, lalu untuk apa agenda WOT [war on terorism] yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam yang yakin akan kembalinya kebangkitan Islam? Sesungguhnya itu bukti bahwa mereka sadar berhadapan dengan siapa. Mereka bukan sedang melawan hantu. Jelas bahwa kebangkitan Islam adalah sebuah kekuatan besar yang sepadan untuk melawan hegemoni ideologi Kapitalisme yang mencengkeram negeri-negeri Muslim saat ini. Bangkitnya Islam untuk kedua kali menjadi momok yang begitu menakutkan. Propaganda busuk dilancarkan, stigma-stigma negatif disematkan dan upaya-upaya membungkam arus opini dan kesadaran ditengah-tengah umat digencarkan. Semua itu dilakukan untuk menghalangi dakwah yang bertujuan membangkitkan kesadaran kaum Muslim secara keseluruhan.
Hal ini diperkuat dengan prediksi tibanya momentum kebangkitan Islam telah dilakukan oleh sejumlah agen intelijen di berbagai negara di dunia. Hasil analisis intelijen di 15 negara yang tergabung dalam National Intelligence Council (NIC) yang bermarkas di Kantor Central Intelligence Agency (CIA) di Langley Virginia Amerika Serikat melansir kemungkinan kembalinya Khilafah Islamiyyah sebagai pemimpin dunia.Dalam laporannya berjudul "Mapping the Global Future", Direktur NIC Robert Hutchings mengungkapkan tentang masa depan dunia. Disebutkannya, pada tahun 2020 akan bangkit kembali Kekhalifahan Islam (Islamic Caliphate) baru yakni sebuah pemerintahan Islam yang mampu memberi tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai Barat. Lantas, apa yang membuat kita, kaum Muslim tidak yakin? Sedang orang-orang kafir meyakininya??
Namun, bukanlah agenda WOT atau prediksi NIC yang sebenarnya menjadi motor pergerakan pejuang syariah dan khilafah. Tapi, aqidah Islam. Keyakinan utuh yang tak boleh kurang barang 0,001 persenpun. Keyakinan akan wa’dun (janji) Allah dan bisyarah (kabar gembira) yang dibawa oleh Rasulullah. Inilah Islam yang mengajarkan umatnya untuk berpikir besar. Bagaimana akal mampu melihat lebih daripada apa yang bisa dilihat oleh mata. Tentu ada yang salah bila mereka yang mengaku Islam tapi alergi dengan syariah, atau setuju syariah tapi menolak khilafah.
Biarlah mereka katakan khilafah itu mimpi. Ya, khilafah itu mimpi kaum Muslim yang sebentar lagi akan segera terwujud. Kehadirannya hanya tinggal menunggu waktu. Anggap saja orang-orang apatis tersebut dengan ungkapan anjing menggonggong, kafilah berlalu. Keyakinan atas apa yang diwahyukan Allah lewat Rasulullah itu sudah cukup. Tak salah kalo dalam perkara ini kita ambil sikap sebagai ‘katak tuli’. Biarlah dunia berkata apa, kami cukup dengan Allah dan RasulNya. Bara inilah yang menjadikan MAF mampu menaklukkan imperium Byzantium. Keyakinan yang sama ini pula yang harus kita miliki dan akan menjadi satu-satunya kunci kemenangan Islam jilid II.
“Janji Allah mungkin tidak datang dengan segera. Tapi akan datang dengan pasti.”
Saya kira itulah secuil bara juang sang hero MAF yang bisa kita ambil dan hujamkan di dada. Kalo dulu, selasa 29 Mei 1453 Muhammad Al-Fatih berhasil membebaskan Konstantinopel dan telah mewujudkan salah satu bisyarah Rasulullah. Maka hari ini, selasa 29 Mei 2012 kita sudah melakukan apa?? Bisyarah yang lain menunggu untuk terwujud..
So, tunggu apalagi? Kota Roma menanti anda!!