Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sunyi di Dahi

17 Juni 2013   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:53 54 0
Ada janji pada dahi. Pucuk yang ku pinjam dari sebilah mentari

Pada gurat itu aku memahat. Makna tentang segala; debu yang bertengger ragu,

Peluh yang melepas lepuh, kerut yang tertinggal waktu, dan nyeri sunyi yang sepi

Di dahi itu kau menaruh akhir. Jadi, biarkan aku sibuk membaca. Sisa abjad pada abad.

Aku mendakwanya sebagai saksi. Tentang cerita segala; kau yang menjinakkan lolong malam,

Kau yang luka tanpa berduka, kau yang menyimpan kepergian.

Katamu, doa dan dosa bermesra dalam satu kamar

Kau mengajukkan dahi demi sebuah kecupan. Aku pun raihresapkan kesempatan.

Sebagian menyeberangkan kerinduan, lainnya sisa nafsu kehilangan

Aku mengerti di pinggiran sini, litani lindap ke bumi

Ada bulir air memelintir dahi.  Mengiringi kepergian yang sendiri.

Sementara di sini, dahi menjadi begitu lunak

Semalam seekor pelor menerobos masuk

Katamu, pelor itu terbuat dari besi yang paling sunyi

Depok, 7 Juni 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun