Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Asbak

18 Mei 2012   19:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 90 0



Ia setia menunggu kapanpun si Tuan berkehendak rebah di celah gelap lorong dekil itu

sebelum lelatu itu terlampau jatuh, terlampau jauh

dan menemukan sebuah kesepian yang utuh.

tetapi di punggung cokelatmu kata orang,

semua yang duduk akan pernah menunggu       dan menuliskan

namanya masing masing di buku tamu.

kami mengeja masing masing mata yang asing   yang

bersembunyi di sebalik lubang kancing baju.

yang lima menit kemudian kami biarkan menjadi kubur batu.

tetapi di punggung cokelatmu kata orang,

masing masing wajah tua yang pernah kami lukis di gerbong kereta,

akan berhenti di stasiun ini. mencopoti aksara aksara yang pernah

menyesaki halaman demi halaman buku tamu itu,

dan di ninabobokan oleh punggungmu.


January 12, 2012 at 11:43pm ·


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun