Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Gepeng

31 Oktober 2013   00:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:48 286 0

“Kota seribu pengemis”, mungkin julukan itu sekarang ini layak disematkan di kotaku, Banjarmasin! yang bermotto “Bungas” yang konon maksudnya cantik rupawan, kontradiktif memang….tapi itulah kenyataannya! Bungas dengan tebaran bunga-bunga trotoar di setiap penjuru kota. Pengemis berikut tandem-nya, gelandangan yang biasa disingkat gepeng memang tidak akan ada habisnya untuk dibicarakan, kehadirannya seperti pepatah lama yang menjadi simbol perjuangan para pejuang di jaman kemerdekaan “Patah satu tumbuh seribu”, sungguh menakjubkan. Masalah gepengmemang bukan masalah endemik di kota Banjarmasin saja, berita dari berbagai media menyebutkan hampir semua kota menengah besar di seluruh Indonesia mengalami hal serupa dan yang membingungkan, semua pejabat pemerintahan di masing-masing kota meng-klaim kalau wilayah kotanya tak lebih sebagai “wilayah kerja” saja bagi para gepeng, artinya mereka itu bukan warga setempat alias pendatang yang datang untuk “bekerja” sebagai gepeng. Lantas dari mana mereka datang? Gepeng bukan siluman dan sejenisnya tapi manusia juga, logikanya kalau memang mereka pendatang kehadirannya pasti bisa dipantau! Sehingga kehadiran dan pertumbuhannya juga bisa diantisipasi oleh pemerintahan daerah masing-masing. tapi kenyataanya seperti di Banjarmasin keberadaan gepeng tumbuh subur layaknya jamur di musim hujan, terlebih di bulan Ramadhan seperti sekarang, semua simpang jalan dijejali oleh berbagai jenis gepeng dan yang lebih memprihatinkan sebagian besar sangat sangat tidak layak bekerja sebagai gepeng meminta belas kasihan, belakangan ada sinyalemen kalau para gepeng ini ada yang mengkoordinir, bahkan koordinatornya-pun juga sudah ketahuan dan pernah ditangkap! Tapi kenapa semuanya seperti angin lalu, berhembus dan lenyap begitu saja tidak berbekas Apa sebenarnya yang terjadi?? Media nasional dari Surabaya (Jawa Pos) terbitan Kamis, 12 Juni 2008 mempublikasikan investigasi terhadap jaringan gepeng yang beroperasi di Surabaya yang omset perbulannya mencapai puluhan juta rupiah (jauh melebihi gaji buruh pabrik di Surabaya yang lembur terus menerus selama 1 bulan tanpa istirahat, bayangkan!) bahkan pimpinan jaringan tersebut sebut saja Cak To yang konon lahir dan besar dari keluarga pengemis itu sudah mempunyai kendaraan dinas berupa Honda CRV kinclong, dua sepeda motor Honda Supra Fit dan 4 (empat) buah rumah yang dibangun di Semarang, Surabaya dan Madura yang kesemuanya didapat dari hasil mengemis! Bagaimana generasi muda tidak mudah terserang mental miskin jika melihat fakta ini? Karena ternyata mengemis lebih menjanjikan dari pekerjaan terhormat lainnya! Satu hal lagi, fakta ini menunjukkan bahwa keberadaan jaringan gepeng itu benar adanya dan tidak menutup kemungkinan di kota kita, Banjarmasin bungas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun