Anda pernah berhubungan dengan dunia perbankan? Atau mungkin anda sendiri adalah nasabah dari institusi salah satu bank umum yang ada?
Istilah bank dan dunia perbankan secara umum tentu bukan barang baru bagi sebagian besar masyarakat kita, selain karena realitas pertumbuhan dan perkembangan kuantitas bank-bank di daerah semakin tinggi, secara spesifik ekspansi marketing dunia perbankan (khususnya untuk funding atau pembiayaan) sekarang ini benar-benar telah merambah usaha mikro di daerah pedesaan yang relatif terpencil sehingga pada gilirannya dengan bertahap akan mempertemukan masyarakat dengan berbagai seluk beluk dunia perbankan umum.
Berbicara tentang bank, kira-kira apa yang akan anda lakukan seandainya mendapatkan fasilitas dari bank berupa pinjaman modal Rp. 86.400,-/hari, dengan ketentuan anda ”hanya” diwajibkan untuk memanfaatkan uang tersebut sebaik mungkin (hanya) sepanjang hari itu saja tidak boleh kurang apalagi lebih karena pada malam harinya bank secara otomatis akan menarik dan menghapus semua uang tersisa yang tidak digunakan, sekaligus menerbitkan rekening baru untuk hari esoknya!? Sekali lagi, apa yang akan anda lakukan dengan fasilitas pinjaman modal Rp. 86.400,- /hari itu? Sebagai individu dengan kategori ”normal”, tentu banyak hal yang bisa kita lakukan dengan adanya fasilitas itu, karena seperti menjalani ”kutukan abadi”, hampir semua manusia dalam peradaban modern ini dari sebelum lahir sampai sekian tahun setelah meninggal-pun masih perlu uang! Sebagai simbol sebuah peradaban modern ( kecenderungan dunia kearah kapitalis) uang berhasil menempatkan dirinya di posisi tertinggi dalam hierarki kebutuhan manusia. Disini uang adalah tujuan utama, kalaupun berposisi sebagai sarana itupun sarana untuk mengeruk dan menumpuk uang lebih banyak lagi!. Begitu dan seterusnya seperti lingkaran setan tidak ada ujung pangkalnya.
Kembali ke masalah fasilitas pinjaman, sebenarnya kita tidak perlu menghayal apalagi berandai-andai dengan fasilitas pinjaman modal Rp. 86.400,-/hari, karena sejatinya sejak lahir di dunia fana ini, kita semua benar-benar telah mendapatkan fasilitas pinjaman itu setiap hari tanpa jeda apalagi berhenti, dari bank bernama ”Waktu”.Bank Waktu secara otomatis setiap harinya selalu membuka rekening baru untuk kita dan secara otomatis pula men-debet saldo baru ke rekening kita sebesar 86.400 detik atau 1440 menit atau 24 jam per-hari. Bank Waktu tidak akan mengembalikan waktu yang tersisa dan juga tidak akan memberikan tambahan kepada kita bila kekurangan, apalagi minta uang muka alias persekot untuk hari esok, tidak akan pernah dikabulkan!. Intinya, kita harus hidup dengan pinjaman hari ini saja.
Uang dan waktu, keduanya adalah modal riil sebuah kehidupan dalam peradaban manusia (modern). Hanya saja bila dibandingkan dengan uang, ”waktu” mempunyai skala posisi lebih tinggi. Logikanya, dengan naluri dan akalnya tanpa uangpun manusia masih bisa bertahan hidup, tapi tanpa waktu berarti manusia itu mati alias tidak hidup lagi. Waktu sebagai modal terbesar dalam hidup kita mempunyai sifat dan karakter yang sangat unik, tidak mungkin dapat diganti, disimpan tanpa digunakan, dibeli atau dicuri seperti layaknya uang. Walaupun dalam keseharian kita sering mendengar istilah mencuri waktu, menyingkat waktu atau bahkan mengganti waktu sekalipun, semua itu tak lebih dari sekedar ilusi dan proses dramatisasi verbal sebagai wujud ketidak pahaman manusia atas hakekat pergerakan waktu sebagai bagian dari Sunatullah. Alat penunjuk waktu kita apapun merek dan jenisnya, berapapun harganya dan dari manapun asalnya bisa mati dan berhenti berputar, tapi hakekat waktu akan terus berjalan, terus berputar karena tidak ada satupun yang sanggup menghentikannya, selain yang punya Bank Waktu itu sendiri. Allah SWT.
Dalam Islam yang rahmatan lil alamin, aplikasi manajemen waktu yang efektif dan efisiendidasaridengan mengetahui dan mempetakan, mana yang wajib, mana yang sunah dan mana yang mubah,yang secara linierberbanding lurus dengan indikasi derajat keimanan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Allah SWT. Sekaligus sebuah tanda kesuksesan dan keunggulan seorang insan kamil, sebagaimana tersirat dalam firman Allah SWT, ”Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur” (QS. Al Furqan : 62) dan ” Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Yunus : 6)
Tuntunan lebih detail mengenai waktu terdapat dalam Surah Al-Ashr ayat1-3, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”, yang berkaitan erat dengan pesan Hadist ”lima perkara sebelum lima perkara”, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.
Dari dunia barat, kita mengenal idiom aksiomatik yang cukup brilian time is money yang telah menjadi sumber inspirasi etos kerja terpenting bagi hampir semua bangsa-bangsa eropa. Walaupun sekilas kental rasa kapitalisnya, tapi dibalik makna sesungguhnya sebenarnya menyimpan filosofi bijak bagaimana memperlakukan waktu secara benar, efektif dan efisien yang jelas-jelas berakar dan bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist
Untuk lebih memahami dan merasakan arti penting waktu secara mendasar, riil dan konkrit, coba renungkan dan kalau perlu benar-benar tanyakan!
Untuk memahami arti pentingnya waktu setahun, coba tanyakan pada siswa yangtidak naik kelas.
Untuk memahami arti pentingnya waktu sebulan, coba tanyakan pada seorang ibu yang baru saja melahirkan prematur. Untuk memahami arti pentingnya waktu seminggu, coba tanyakan pada editor tabloid mingguan. Untuk memahami arti pentingnya waktu sehari, coba tanyakan pada sopir ekspedisi paket dan logistik. Untuk memahami arti pentingnya waktu satu jam, coba tanyakan pada kekasih hati anda yang sedang menunggu di taman. Untuk memahami arti pentingnya waktu satu menit, coba tanyakan pada seseorang yang baru saja ketinggalan pesawat terbang. Untuk memahami arti pentingnya waktu sedetik, coba tanyakan pada seseorang yang baru saja terhindar dari kecelakaan. Untuk memahami arti pentingnya waktu semili detik, coba tanyakan pada peraih medali perak olimpiade.
Untuk itu, mari hargai waktu yang kita miliki, dengan mengelola waktu sebaik mungkin dengan harapan mendapatkan optimalisasi hidup dan kehidupan yang sesungguhnya. Bukankah motto ideal seorang abdullah adalah ”Hayatuna kulluha Ibadah” atau Hidup seluruhnya untuk ibadah!? Wallahu ’alam.