Bahasa merupakan sarana penyampaian pesan kepada orang lain. Selain sebagai penyampai pesan, bahasa sesungguhnya memiliki peranan lain. Seperti halnya yang jelas terlihat pada bahasa Bali. Bahasa Bali mengenal adanya tingkat-tingkatan bahasa yang oleh penutur bahasa Bali disebut dengan
Sor-Singgih Bahasa Bali.
Sor-Singgih Bahasa Bali membuat orang Bali tidak sembarangan di dalam berbicara, khususnya antar orang Bali ketika menggunakan bahasa Bali sebagai sarana berkomunikasi. Pada pelapisan masyarakat Bali
purwa (pelapisan secara tradisional), ada yang disebut dengan
Tri Wangsa dan juga
Jaba. Pelapisan masyarakat secara tradisional ini sifatnya keturunan. Ketika
Tri Wangsa berbicara dengan
Jaba, menggunakan bahasa
alus sor dan terkadang juga menggunakan ragam bahasa
kepara (bahasa sehari-hari). Namun sebaliknya,
 wangsa jaba ketika berbicara dengan
Tri Wangsa harus menggunakan bahasa
alus singgih. Â Dengan tingkatan bahasa yang ada tersebut, membuat orang Bali tidak sembarangan di dalam menggunakan pilihan kata yang ada, karena sebagian besar kata yang ada di dalam bahasa Bali, memiliki ragam bahasa
kepara, basa alus singgih, basa alus sor, basa mider. Untuk ragam kata
 kruna mider, dia bisa dipergunakan ketika
Tri Wangsa berbicara kepada
wangsa jaba, begitu juga sebaliknya.Â
KEMBALI KE ARTIKEL