Kita boleh kecewa ketika mengetahui hal tersebut, akan tetapi kita juga harus sadar bahwa kita pernah melakukannya (melihat *ehm). Bedanya adalah: Anak SMA adalah anak yang masa keremajaannya baru "matang", selalu ingin tahu, setelah itu entah kita mau meneruskannya atau tidak, yang penting TAHU dulu. Sedangkan Anggota DPR kebanyakan adalah orang yang pernah tahu, dan pernah merasakan, jadi kenapa harus melihat hal-hal yang seperti itu ? Okelah mereka ingin tahu seperti kita, soalnya mereka hidup di zaman yang berbeda dengan kita saat ini, zaman dimana teknologi informasi mudah didapatkan, era globalisasi dll . Akan tetapi (sekali lagi) haruskah mereka melakukan hal tersebut; ketika sedang melakukan sebuah sidang yang penting (sidang yang BAHKAN, sedang membicarakan "kepentingan" mereka). Jangan menggunakan istilah " sedang sial" karena ada wartawan yang menangkapnya, meskipun itu benar; " sial bagimu, tidak bagiku. It's a good news ok ?! ".
Setelah beberapa hari "bertahan", akhirnya Ia mengundurkan diri juga. Memang sudah seharusnya begitu; agar tidak memberikan kesan yang buruk bagi seluruh anggota DPR dan partainya, hehe...
Pada akhirnya kita tidak boleh melihat keburukan seorang Anggota Dewan dari satu orang maupun satu kesalahan saja, kita harus ingat bahwa dulu juga banyak kasus yang melibatkan anggota DPR dengan hal yang berbau pornografi maupun pornoaksi (korupsi apalagi, cape dech !). Sekarang, mulai takutkah para pemimpin kita untuk tidak sembarangan "menonton" selama sidang berlangsung ? Satu kesalahan kecil bagi seorang anggota DPR berarti menyorot kesalahan seluruh isi gedung perwakilan rakyat, wassalam !