Di atas meja, terbaring sunyi,
kertas putih menanti arti,
selembar hampa tanpa warna,
menunggu bisik pena yang berani.
Pena pun tiba, gemetar ujungnya,
menggores garis, melukis suara,
setiap tarikan, setiap titik,
adalah nafas hidup yang magis.
Kertas berdesir, tak lagi dingin,
menyerap cerita, menampung angin,
pena menari, meniti waktu,
mengurai mimpi, melukis rindu.
Mereka berdua, sepasang nyawa,
tanpa suara, melahirkan kata,
dalam hening, tercipta dunia,
dari nafas kertas dan pena.
Tiada henti, tiada usai,
selama cerita terus mengurai,
pena dan kertas, sejoli setia,
menjaga jejak rasa manusia.