Kekuasaan memang dapat menjadi jalan bagi kita untuk melayani dan mengabdi sesama ketika daya kuasa itu disadari datang dari Allah. Ketika kesadaran bahwa daya kuasa pertama-tama adalah sebuah bentuk kepercayaan Allah kepada kita, maka kita akan lebih bijaksana dan mawas diri dalam menjalankan kekuasaan yang ada di dalam genggaman kita. Namun saat hidup kita tidak lagi dapat mengontrol kekuasaan yang sementara ada di dalam genggaman kita, saat itulah bencana terjadi: bukan lagi kita yang mengontol kekuasaan, namun kekuasaanlah yang berbalik mengontrol kita. Dari yang semestinya menggunakan kekuasaan dengan bijaksana dan menghadirkan cinta kasih dan keadilan kepada sesama berubah menjadi kekuasaan yang "semau gue", yang sewenang-wenang, "yang penting saya senang".