Gendeng kamu!
kakimu yang kerdil takkan mampu mengantarmu berjalan menuju bulan!, ingat bumimu!
Lihat! hai kawan-kawan, ada orang gila di kampung kita!
hahahaha!!!!
***
Mengapa kalian berkata seperti itu?
Apa salahku?
Tiada pula aku menggganggu kalian...
Dan aku tidaklah gila...
***
Tidak gila katamu?
Lantas lelucon apa yang kau sebarkan ke seluruh penjuru kampung?
Kau telah menyebarkan keresahan di kampung kami!
Masih saja kau kakatakan kalau kau tidak gila?
hahahahahaaa!
***
Memang apa yang salah dari perkataanku?
Aku tidak mengerti maksud kalian...
***
Hah! masih saja kau berlagak bodoh!
kau telah menagatakan ke semua penduduk kampung, bahwa kau adalah seorang penulis!
Apa itu bukan sebuah hal yang sangat gila?
iya tidak kawan-kawan?
Iya! dia adalah orang tergila yang pernah kujumpai
hahahahahhaa!
***
Apakah salah kalau aku aku ini seorang penulis?
tidaklah aku mengganggu kalian...
mengapa aku tidak boleh menjadi penulis?
***
Menjadi penulis?
Hahahahahahaa!
Tidakkah kau sadar kondisi dirimu?
Kedua lengan tangan kau tak punya...
Bagaimana kau mau menulis
Pakai kaki kerdilmu itu? hah?
***
Walaupun tanpa lenganpun, apakah aku tidak berhak menjadi penulis?
***
Apa yang mau kau tulis?
Pakai apa hah?
Lihatlah kami!
Lihat apa yang ada di genggaman kami semua!
Ditanganku ada sebilah keris yang tajam, itu karena aku adalah ksatria di kampung ini
Sedangkan aku... seluruh orang kampung tahu kalau aku adalah seorang tukang kayu terbaik dikampung ini, dan itu terlihat dari palu dan pahat tergenggam di tangan kapalanku,
Ya... coba liat juga tanganku, ada sebilah bulu dan gulungan daun lontar, itu karena aku adalah seorang carik di kampung ini, dan mestinya akulah yang lebih pantas menjadi penulis ketimbang kamu!
Semua orang di kampung ini adalah apa yang masing-masing mereka kerjakan, lihatlah petani itu dengan cangkulnya, penghibur dengan kecapinya, bahkan seorang babu pun memiliki dandang dan topo ditangannya...
Sedangkan kau, apa yang kau punya?
***
Meskipun aku tak memiliki tangan, akupun juga ingin menjadi penulis...
Walaupun tidak dengan tanganku ataupun goresan getah diatas lebaran lontar...
Tapi dengan pikiran dan hatiku yang memuja hikmah dari perjalanan waktu...
Meskipun tak kuasa aku mengabadikannya...
Tapi setidaknya cukuplah itu untuk diriku...
Seperti Nabi-Nabi yang dikaruniai wahyu dari Sang Pencipta untuk dirinya saja
Sedangkan kalian?
Kalian bukanlah seperti apa yang kalian katakan tadi...
Kalian adalah pembunuh!
***
Pembunuh, katamu?
Berani sekali kau mengatakan kami adalah pembunuh!
***
Ya... kalian adalah pembunuh dari setiap mimpi dan harapan...
Membunuh setiap keinginan jiwa yang seharusnya tak terbelenggu...
Dan aku takan biarkan jiwaku terbunuh...
kalian takkan mampu merampas pikiran dan hatiku...
Ribuan bilah kayu mungkin bisa memasung kaki kerdilku...
Tapi takkan mampu memasung keinginanku...
Teruslah kalian tertawa dan menghinaku...
Karena sesungguhnya akupun turut menertawakan kegagalan kalian...
Bersama jiwa dan pikiranku...
Selamanya...
**** Tamat***
Salam,
Jakarta, Dini Hari 08 Oktober 2010