Senova memelukku erat. Pelukan itu terasa seperti isyarat, seolah ia tahu ini adalah akhir. Aku tak henti-hentinya mengucap maaf, kata-kata yang terburu-buru di antara nafas kami yang tersisa. Tapi apa arti maaf ketika segalanya sudah terjadi? Ketika darah mengalir, menyusuri tubuh gadis itu, merenggut hidupnya?