Langit cerah menemani langkahku pagi itu. Aku berdiri di depan gerbang megah dengan plang bertuliskan "IAIN Kendari". Warna birunya mencolok, seolah menyambut setiap impian yang datang. Ini adalah langkah pertamaku di Kampus Biru, tempat di mana aku akan mengukir mimpi.
Aku menghela napas dalam-dalam, merasakan gugup yang tak terbendung. Orang-orang lalu-lalang dengan jaket almamater mereka, terlihat sibuk tetapi tetap ramah. Aku mencoba tersenyum pada beberapa senior yang melintas, tetapi hanya mendapat anggukan singkat sebagai balasan.
"Ayo, semangat! Ini awal dari perjalanan panjang," gumamku kepada diri sendiri.
Langkahku membawaku ke aula utama. Suasana ramai, penuh mahasiswa baru yang sama bingungnya denganku. Ada yang sibuk mencari ruangan, ada pula yang berdiri canggung seperti patung. Aku memilih duduk di bangku kosong di sudut ruangan, memandangi suasana sekitar.
"Hei, kamu juga maba?" sapa seorang gadis berkerudung biru dengan senyum hangat. Namanya Sinta, dia calon mahasiswa jurusan yang sama denganku. Kami langsung akrab, berbagi cerita tentang bagaimana rasanya akhirnya menjadi bagian dari Kampus Biru ini.
Hari itu, aku belajar banyak hal. Tak hanya tentang peta kampus atau jadwal orientasi, tetapi juga tentang keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Kampus Biru bukan hanya tempat belajar, tetapi juga panggung untuk tumbuh, beradaptasi, dan menghadapi tantangan baru.
Langit sore mulai memerah ketika aku meninggalkan aula. Aku menoleh sekali lagi ke arah gerbang besar itu, merasa yakin bahwa ini adalah awal dari cerita panjang yang akan terus aku tulis.