Subsidi Bahan Bakar Minyak dinikmati paling besar oleh warga Pulau Jawa, semua orang juga tahu. Hutang pembangunan dari JICA, USAID, AUSAID, CIDA, dll juga lebih banyak dibangun di Pulau Jawa. Listrik yang jarang sekali mati pun, dinikmati oleh Pulau Jawa. Padahal minyak, batu-bara, gas-nya diambil dari daerah yang selalu mati lampu. Ketidakadilan ini akan selalu berjalan, selama kita masih menganut sentralistik. Otonomi daerah hanya dijalankan setengah hati, karena pendapatan sepenuhnya yang dikembalikan ke daerah hanya PBB dan Pajak Kendaraan bermotor, selebihnya semua diambil lagi oleh Jakarta.
Solusi apa untuk ketidakadilan ini?
Logikanya arus barang dan uang diikuti oleh arus manusianya. Jadi ketika peredaran 70% uang ada di Jakarta, seharusnya jumlah penduduk 70% ada dipulau jawa. Sayangnya Jakarta tidak pernah mau memperbaiki infrastruktur menuju Jakarta. Jika transportasi menuju Jakarta bagus, maka penduduk dari segala penjuru Indonesia akan berbondong2 menuju Jakarta dan kota2 besar lainnya di Indonesia.
Semua warga negara Indonesia berhak atas BBM, Listrik, jaminan kesehatan, dan jaminan pendidikan. Berhubung rakyat mulai pintar sekarang, mari kita ambil hak2 kita dengan melakukan urbanisasi ke kota2 besar di pulau Jawa.
Jangan takut dengan Jakarta. Karena kota tersebut adalah kota pendatang dan semua pendatang bisa survive. Jadi, mari kita galakkan kembali urbanisasi ke Jakarta.