Posisi UGM dimana? Gw ga tahu. Yang jelas, sejarah awal adanya Sunmor itu karena UGM prihati dengan krismon tahun 98, sehingga sunmor muncul. Dirunut masalahnya, pedagang sunmor berada di lokasi UGM yang tidak serta merta memikirkan untung. Sementara sunmor yang digeser ke karangmalang, dengan pemegang kekuasaan berbeda, tentunya memberikan kebijakan berbeda pula. Mulai dari tarif retribusi, penataan, hubungan dengan warga sekitar, dan terakhir...parkir.
Serbasalah memang. Di satu sisi, UGM memang institusi pendidikan. Di sisi lain, kampus ini pernah dikenal sebagai kampus kerakyatan. Tentunya, kebijakan yang diharapkan selaras dengan apa yang disebutkan sebelumnya. Sampai titik ini gw sendiri masih gamang. Gw ga tahu masalah secara keseluruhan. Masalah perut soalnya, sensitif. Kalau memang ada dialog, terlihat, dialog yang ada masih sebatas sosialisasi semata, bukan dialog mencari solusi bersama. Terkesan dipaksakan, dan tidak menjabarkan rencana jangka panjang dimiliki. Dari apa yang sering terjadi pada kebijakan seperti itu, kalau pedagang mundur pun, pihak yang memiliki tempat akan merasa benar. Kalau memang namanya kampus, sebenarnya ruang untuk belajar tentunya bukan hanya sebatas teori. Banyak orang pinter di UGM. Dan tentunya akan arif jika konsep dihadapkan dengan konsep, bukan sekedar diadakan, dan diganti sesuai keinginan pemegang posisi.