Setelah perang dunia kedua, banyak negara mayoritas Muslim yang merdeka, mereka berhadapan dengan keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan akibat kolonialisme. Sebagian kalangan didikan Barat melihat dunia Barat sebagai acuan, sehingga mereka menyerukan “modernisasi” yang pada dasarnya “westernisasi.” Orang Barat berhasil mencapai puncak kemajuan di abad ke-20 dengan mengutamakan rasio mereka dan meminggirkan hal-hal yang dianggap cenderung mistis seperti tahayul dan agama. Revolusi Turki modern 1927 merupakan antitiesis terhadap Kekhalifahan Usmaniah yang “sakit-sakitan” di Eropa, negara Eropa mayoritas Muslim yang tertinggal dalam hal industri, infrastruktur, pendidikan, birokrasi, dan militer. Nah, Revolusi Kemal Attatturk mencoba membalikkan kondisi ini dengan menerapkan westernisasi yang totok. Semua simbol agama “didearabisasi”, “dimodernisasikan” alias “dibaratkan.”
KEMBALI KE ARTIKEL