Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Merasakan Indonesia di Beppu

6 Juli 2012   21:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 1152 3

Indonesia adalah negeri yang besar dan kaya. Tapi kerap kali gemanya kurang terasa apabila kita sedang berada di luar negeri. Saya kadang lebih bisa melihat eksistensi negara lain, seperti Thailand, Malaysia, ataupun Vietnam, kalau sedang berada di luar negeri. Demikian pula bagi orang asing. Nama Indonesia belum sepenuhnya masuk dalam kesadaran mereka.

Tapi malam tadi (6/7), di Beppu, Jepang, tepatnya di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), gema Indonesia sangat terasa. Selama satu minggu terakhir, suasana universitas yang terletak sekitar 1000 km sebelah selatan Tokyo itu, berubah menjadi Indonesia. Berbagai hal tentang Indonesia, mulai dari kuliner, seni budaya, hingga aneka ragam kerajinan Indonesia, ditampilkan di seantero kampus yang luas itu.

Selama satu minggu, APU berubah menjadi Indonesia.

Ya, para mahasiswa Indonesia di APU memang sedang menyelenggarakan “Indonesian Week 2012”, yang mengambil tema “Feel Indonesia”. Tema yang dipilih menurut saya sangat tepat. Saat ini, yang diperlukan oleh kita adalah bagaimana menjadikan Indonesia “Ada” dan “Terasa Ada” di luar negeri. Istilah anak muda sekarang, Indonesia harus “eksis” gitu loh.

Bagaimana caranya agar kita eksis? Banyak cara. Tapi apa yang dilakukan anak-anak mahasiswa di Beppu perlu kita acungi jempol. Selama saya tinggal di Jepang, saya telah hadir pada banyak acara tentang Indonesia. Tapi secara jujur harus saya akui bahwa anak-anak APU mampu melakukan hal itu dengan lebih baik, lebih profesional, dan yang paling penting, lebih “passionate”.

Passion itu terlihat dari penampilan “Grand Performance” atau malam puncak Indonesian Week yang diadakan di Millenium Hall APU. Acara dimulai pukul tujuh malam, namun sejak pukul empat sore antrian penonton yang ingin menyaksikan acara itu telah panjang. Mereka adalah para mahasiswa APU, undangan, dan masyarakat Jepang yang cinta dengan Indonesia. Ruang auditorium yang berkapasitas hampir 1000 orang itu penuh sesak oleh para penonton yang antusias menyaksikan acara puncak Indonesian Week tersebut.

Saya melihat Sabam Siagian, wartawan senior yang juga mantan Dubes RI di Australia, Wakil Dubes RI untuk Jepang, John Sinaga, Atase Pendidikan, Iqbal Djawad, serta perwakilan dari KJRI Osaka, turut hadir di bangku undangan.

Malam puncak Indonesian Week 2012 diisi dengan sebuah pergelaran budaya yang dimainkan oleh mahasiswa-mahasiswa APU. Pergelaran itu menampilkan drama musikal yang bercerita tentang legenda dua putri kerajaan, yaitu Kirana dan Dewi, yang berebut pengaruh dan kesaktian.

Dalam rangkaian cerita itu, berbagai tarian tradisional Indonesia disajikan, mulai dari Tari Pukat, Tari Belibis, Tari Toraja, dan Tari Saman.

Penampilan drama dan tarian sungguh sangat memukau. Tata panggung, pencahayaan, audio, dan pengaturan waktu, sangat sempurna.

Tapi yang lebih memukau saya adalah karena semua tarian Indonesia yang ditampilkan, bukan hanya dimainkan oleh anak-anak Indonesia, namun juga oleh mahasiswa dari berbagai negara, baik dari Afrika, Eropa, China, maupun Jepang.

Saya sempat berbincang dengan Profesor Dahlan Nariman, warga Indonesia yang menjadi pengajar di kampus APU. Ia mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan setiap tahun dan selalu dinantikan oleh mahasiswa dari berbagai negara. Mereka bukan hanya ingin menonton, tapi juga ingin menjadi bagian dalam menyemarakkan malam Indonesia dengan ikut berpartisipasi dalam tari-tarian yang ditampilkan. Bagi mereka, budaya Indonesia sangat kaya dan indah.

Kampus APU memang sebuah melting pot budaya. Di kampus yang terletak di atas bukit kota Beppu ini, terdapat mahasiswa dari 99 negara di dunia dengan komposisi mahasiswa internasional mencapai 47% dari keseluruhan mahasiswa yang berjumlah sekitar 6000 orang. Mahasiswa Indonesia sendiri jumlahnya cukup besar, mencapai hampir 200 orang yang terbagi dari mahasiswa S-1 hingga S-3. Dengan berbagai keberagaman itu, upaya mengenal budaya dan perbedaan antar bangsa menjadi penting.

Anak-anak APU membuktikan bahwa upaya membuat Indonesia menjadi “Ada” dan “Terasa Ada” dapat dilakukan dengan cara sederhana. Penampilan mereka malam tadi adalah sebuah gambaran akan Diplomasi Kampus dan Diplomasi Budaya yang efektif. Mereka membuktikan bahwa membawa nama bangsa di luar negeri dapat dilakukan siapa saja, bukan hanya oleh para diplomat di KBRI ataupun pejabat pemerintah.

Indonesia adalah negara yang penuh dengan potensi. Menjadikan “potensi” itu sebagai sebuah “aksi” tentu butuh kerja keras dan kerja sama dari segenap anak-anak bangsa. Dan mahasiswa Indonesia di APU, Beppu, telah membuktikannya. “Feel Indonesia” telah menjadikan Indonesia “Terasa Ada” di Beppu malam itu. Semoga Indonesia bisa terus bergema, bergaung, dan “Terasa Ada” di kancah global. Saya yakin bisa, karena kita adalah negeri yang besar dan kaya.

Selamat buat rekan-rekan mahasiswa di APU atas pertunjukan yang luar biasa dalam Indonesian Week 2012.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun