Makna kedewasaan memang menjadi perhatian serius di Jepang. Setiap hari Senin minggu kedua bulan Januari, diselenggarakan upacara menjadi dewasa (Seijin Shiki) yang bertempat pada berbagai Balai Rakyat Kelurahan di seluruh penjuru Jepang. Hari Menjadi Dewasa juga dijadikan hari libur nasional di Jepang.
Saat upacara Seijin Shiki kemarin (9/1), saya menyempatkan diri untuk datang menyaksikan keramaian anak-anak muda Jepang yang mengikuti upacara tersebut. Kebetulan Balai Rakyat Kelurahan terletak tak jauh dari tempat tinggal saya.
Saat Hari Menjadi Dewasa tiba, pemerintah lokal mengundang setiap anak muda di wilayahnya yang sudah berusia mencapai 20 tahun, terhitung dari April tahun lalu, hingga April tahun ini. Mereka dikumpulkan, diberi wejangan oleh para sesepuh, dan dinyatakan sudah menjadi dewasa sejak upacara itu.
Di upacara Seijin Shiki, para wanitanya datang mengenakan aneka ragam kimono yang berwarna-warni dan cantik. Para prianya sebagian mengenakan kimono, namun banyak juga yang mengenakan jas model barat.
Dengan banyaknya kimono aneka ragam tadi, suasana di Balai Rakyat Meguro menjadi sangat meriah. Saya sempat berbincang-bincang dengan beberapa anak muda di sana yang menyatakan kegembiraannya usai mengikuti upacara Seijin Shiki.
Mereka tentu senang, karena terhitung sejak upacara ini, sudah dianggap dewasa dan menjadi orang bebas. Setelah mendapat cap dewasa, anak-anak Jepang juga sudah bebas menentukan kehidupannya. Mereka sudah boleh merokok, minum alkohol, bahkan (maaf) melakukan seks bebas. Orang tua di Jepang umumnya sudah tidak banyak melarang atau mengatur lagi kehidupan pribadi anaknya yang sudah dewasa.