“Jakarta? Oooh … I Love Java Jazz, It was a cool festival!”, demikian ungkap Nathan East, bassist grup Jazz Fourplay, saat mengetahui bahwa saya berasal dari Jakarta. Bagi Nathan East, Jakarta merupakan kota yang tak terlupakan, karena mereka pernah tampil di ajang festival Jazz terbesar Indonesia itu pada tahun 2011 lalu.
Sementara itu, Chuck Loeb, sang gitaris, sambil menggamit pundak saya mengatakan keinginannya untuk tampil lagi di Java Jazz 2012. “We are now still considering to perform again at Java Jazz 2012. The audience was fantastic last year”, ujar Chuck Loeb yang kagum dengan antusiasme para penonton di Jakarta.
Sungguh sebuah momen yang berharga bagi saya bisa bertemu dan berbincang singkat dengan para anggota Fourplay usai penampilan mereka di Blue Note, Tokyo, semalam (2/1). Fourplay tampil di Tokyo untuk merayakan libur tahun baru bersama masyarakat Jepang. Mereka manggung di klub jazz Blue Note dari tanggal 29 Desember 2011 hingga 2 Januari 2012.
Fourplay adalah grup kuartet beraliran jazz kontemporer yang telah malang melintang di dunia jazz selama lebih dari 20 tahun. Bagi para penggemar Jazz, Fourplay adalah sebuah nama besar, sekaligus legenda hidup. Sejak album pertamamereka “Fourplay (1991)”, yang terjual lebih dari satu juta copy, seluruh album Fourplay selalu menempati papan atas tangga lagu Billboard 200.Belum lagi sederet penghargaan dan nominasi Grammy.
Bahkan Kongres Amerika Serikat (AS) memberikan penghargaan khusus kepada Fourplay, sebagai grup band kehormatan di industri musik. Satu-satunya penghargaan yang diberikan Kongres AS pada grup musik jazz. Berbagai hal tersebuttentu menunjukkan kebesaran nama Fourplay di kancah industri musik.
Beranggotakan Bob James (keyboards), Nathan East (bass), Harvey Mason (drums) dan Chuck Loeb (gitar), Fourplay mampu membius penonton Tokyo dalam alunan musik mereka.
Selama empat malam penampilannya di Tokyo, Bob James, Harvey Mason, Nathan East dan Chuck Loeb, mampu tampil dan berkreasi dengan permainan musik yang khas serta menjadi ciri Fourplay. Mereka seolah ingin terus menerus mencari cara baru untuk mendobrak batas-batas musiknya.
Alunan jazz kontemporer yang kaya, bercampur dengan unsur melodi Afrika, Brazil, punk, soul, dan R&B, mengalun tak terasa selama hampir dua jam. Para penonton di Blue Note terombang ambing dalam ayunan musik yang seolah membawa mereka menyentuh langit. Persis seperti judul album terakhir Fourplay, Let’s Touch the Sky. Ya, semalam, seluruh pengunjung Blue Note diajak bersama-sama menyentuh langit.
Membuka penampilan dengan lagu “Chant”, keempat anggota Fourplay bermain musik dengan sangat kompak dan penuh improvisasi. Bob James mengawali dengan permainan keyboard-nya. Nathan East, sang bassist, menyambut dengan melodi yang penuh presisi, diikuti oleh permainan gitar dari Chuck Loeb, dan dentuman ringan drum dari Harvey Mason. Sebuah kombinasi yang cantik dan mengalun merdu. Siklus seperti itu terus menerus dilakukan di lagu-lagu selanjutnya, yang makin lama semakin cepat, dinamis, dan menambah panas suasana panggung.
Selanjutnya, lagu-lagu andalan mereka seperti Bali Run, Max-O-Man, Blues Force, berturut-turut dimainkan. Sementara itu, dari album Let’s Touch The Sky, mereka membawakan lagu I’ll Still Be Loving You dan 3rdDegree.
Bob James menyadari bahwa bencana yang terjadi di Jepang sungguh memukul kehidupan rakyat Jepang. Untuk itu, ia bersama-sama dengan artis Jazz dunia, melakukan rekaman amal untuk mengumpulkan dana bagi korban bencana. Sebagai pemusik, ia hanya bisa menyumbang melalui musik. Ia berharap agar musik yang dimainkannya dapat membantu mengangkat semangat hidup orang Jepang. Kalimat ini disambut dengan tepuk tangan haru para penonton Jepang.
Dan guna mengenang para korban bencana alam dan tsunami, malam itu Fourplay membawakan lagu aransemen Bob James, yang berjudul, Let’s Put Our Heart Together yang memiliki makna bahwa hati kita selalu bersama, dalam suka maupun duka. Lagu itu dimainkan dengan syahdu dan para penonton pun terayun dalam haru.
Para pecinta musik jazz tentu menyadari, tak ada dua konser jazz yang serupa dan sebangun. Setiap konser atau penampilan memiliki cirinya sendiri. Pun demikian dengan penampilan Fourplay tadi malam. Gelora dan improvisasi, dalam struktur komposisi melodi, yang dilakukan para pemainnya, telah menjadikan penampilan Fourplay hidup dan penuh vitalitas. Ini yang membedakan antara melihat konser secara langsung, dengan mendengarkan lagu mereka di CD atau radio.
Penampilan Fourplay memang menunjukkan kualitas yang tinggi dari grup musik jazz kelas dunia. Tepuk tangan yang panjang dan membahana dari para penonton mengatakan itu semua.
Fourplay telah mengawali 2012 dengan penampilan mereka yang luar biasa di Tokyo. Semoga mereka juga bisa mengisi tahun ini dengan menghibur pecinta jazz tanah air di Jakarta.
Salam dari Tokyo