Salih Kubo adalah orang Jepang yang baru memeluk Islam kurang lebih empat tahun lalu. Salih-san, begitu ia dipanggil, kini bekerja di Islamic Center-Japan, yang salah satu tugasnya adalah juga untuk membantu masyarakat Jepang yang ingin mengenal Islam.
Awalnya, Salih-san melihat dan mempelajari Islam dari literatur danbertemu dengan beberapa ulama Islam. Informasi mengenai Islam telah diterima sejak kecil dalam pelajaran sejarah sehingga tidak terlalu asing baginya.
Dari informasi yang ia terima, Salih-san melihat bahwa ajaran Islam itu pada prinsipnya penuh kedamaian dan keterbukaan terhadap perbedaan. Beberapa ajaran tasawuf bahkan mirip dengan ajaran Taoisme. Berbeda dengan persepsi banyak pihak yang mengatakan bahwa Islam itu agama penuh kekerasan dan kaku, ia justru berpendapat sebaliknya. Oleh karena itu, Salih-san menyayangkan adanya banyak mispersepsi tentang Islam.
Namun menjadi Islam di Jepang ternyata tidak mudah bagi Salih-san. Tidak seperti Indonesia, yang pemerintahnya mengatur urusan-urusan agama, Jepang adalah negara sekuler. Agama adalah urusan personal. Pemerintah sama sekali tidak mengatur soal ibadah ataupun perayaan keagamaan. Akibatnya, Jepang tidak mengenal hari libur agama. Jadi kalau lebaran, ataupun natalan, orang Jepang tetap bekerja, karena kalendernya tidak ada tanggal merah untuk hari-hari tersebut.