Sepinya pengunjung yang datang ke pasar pari membuat menurunnya pendapatan para pedagang.
Salah satu pedagang mengaku saat ini omzetnya menurun. Ia sudah berjualan sangat lama lalu mengaku juga kalau pasar ramai itu pada saat memasuki ramadhan dan lebaran saja, setelah itu pengunjung pasar terus berkurang.
"Sekarang sepi gara-gara semua serba online, terus ditambah barang-barang online banyak yang lebih murah dibandingkan dipasar pari, soalnya yang saya jual lebih mahal gara-gara harus ada keuntungan untuk menyewa kios.
Terus harapannya online sama pasar harus lebih rame pasar, soalnya online juga belum tentu sama barangnya sama seperti aslinya, kalau di pasar kan bisa liat barang langsung dan tidak ribet" ungkap Marsanah, salah satu pedagang di pasar pari.
Disisi konsumen berpendapat juga bahwa sekarang ini jarang sekali berbelanja ke pasar, karena untuk membeli sayuran atau bahan makanan lainnya itu bisa memebeli dari tukang sayur keliling dan untuk membeli barang-barang seperti pakaian dan perlengkapan lainnya lebih memilih belanja online, karena lebih murah dan praktis.
"Sekarang jarang sekali saya ke pasar pari, karena untuk beli sayuran dan bahan lainnya selalu belanja di tukang sayur keliling. Paling kalo belanja ke pasar pas persediaan hari2 besar, acara keluarga,lebaran, maulid dll. Sekarang seringnya belanja online, karna murah dan praktis" ungkap pipit, seorang konsumen.
Kondisi ini membuat pasar pari di ujung permasalahan serius, jika pasar pari kedepannya makin sepi maka para pedagang harus berbesar hati berhenti berjualan, tampa pemasukan maka mereka tidak bisa menghidupi keluarganya dan membayar sewa kios-kios mereka.
Namun ada upaya dan solusi dalam sebuah permasalahan, maka dari itu para pedagang harus mampu bersaing dengan online shop, atau belajar tren modern sekarang ini dan harus terus berinovasi agar konsumen tertarik kembali belanja ke pasar pari.