Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Pantaskan Diri

30 April 2020   06:31 Diperbarui: 30 April 2020   13:21 119 1
Meetup With Mba Al

Tulisan ini adalah salah satu akselerasi dari apa yang telah saya jalani saat ini, dan lingkungan yang saya jalani yang membuat saya membahas ini. Agak cepat memang, tetapi prinsip saya ya memantaskan diri sebelum terjun itu adalah hal yang utama.

Kondisi saat anak terakhir dan berasal dari perbatasan membuat saya ingin sekali menjadi orang yang lebih. Baik secara fikrah Islami maupun fikrah duniawi. Saya memilih untuk menjadi orang yang lebih dalam keterbatasan. Maka itu saya memilih untuk berteman dengan orang-orang yang berilmu lebih dan dituakan. Maka akselerasi itu saya dapatkan sehingga sekufu dengan mereka. Walaupun ilmuku jauh dari mereka.

Allah berfirman;

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur)." (QS. At Taubah: 119).

Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.

Al Fudhail bin 'Iyadh berkata,

"Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati."

Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.

Saya mengenal mereka bagaimana untuk mencintai Basecamp kita (KAMMI), bagaimana menghidupkannya dengan solusi dan inovasi. Apa yang hilang dari rumah kita. Kita bahas baek-baek baik di chatting personal, atau bahkan meetup jika Allah izinkan. Bener kata perumpamaan ketika kita bergaul dengan penjual minyak wangi maka ikut wangi.

Pikiranku tak terbatas oleh Coding dan Lulus cepat saja.

Lucunya,

Di rumah ini saya juga di juluki kader "siasi" padahal berdedikasi di Dakwi. Dan realitanya diawal saya dikader di KAMMI, di berdayakan di LDK, dan di besarkan di KAMMI. Mereka semua membuat saya dewasa. Baik secara softskill, kondisi yang mengajarkan untuk tetap menjadi Muslim Negarawan.

Harusnya memang banyak belajar sama orang-orang solehah seperti mereka. Sudah berpengalaman dan yakin mereka punya banyak mimpi Indah untuk rumah kita. Ya, mereka orang-orang luar biasa apalagi mba di samping saya, sebelum DM3 beliau sudah khatam bacaan AB3.

Ibroh dari meetup dadakan kehujanan itu, Jadi anak AB3 itu bukan cuma sekedar status, tapi harus nyampe ilmunya dan ada amunisi yang disiapkan sebelumnya. (dalam hati siap ini masih otw khatamin buku wajib wkkwk)

Sama Soal Pernikahan itu jangan menyepelekan sekufu/selevel. Banyak yang memang anak ngaji tapi tidak memandang segala aspek termaksud dengan soal politik, jadi ketika diajak maen dan bahasan yang agak jauh. Agak gak nyambung.

Dan gak heran jika yang menikah seperti masuk kedalam sangkar. Tak bisa berbuat apa-apa bahkan terbatas dalam berdakwah. Siapa ? banyak di sekitar kita. Kontrak dan levelnya harus jelas jar, agar ikatan itu tidak jadi persoalan bahkan hambatan dalam beraktivitas. Kenapa harus sekufu agar tidak terjadi hal-hal yang menjadi batas dalam beraktivitas. Justru dengan sekufu bisa saling menguatkan.

Soal sekufu saya sempat nonton taujih salah satu ustad. Beliau bilang jangan hanya mencari yang soleh, kalau juga tidak siap. Ketika itu seorang perempuan mendambakan seorang ikhwan soleh. Ketika didapatinya ikhwan soleh itu. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun