Oleh : J. Haryadi
Setiap tahun Jakarta selalu kebanjiran, terutama di musim hujan. Sudah banyak cara yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dalam mengatasi banjir, namun hasilnya belum terlihat menggembirakan. Buktinya disana-sini masih banyak terdengar orang mengeluh karena wilayahnya digenangi air.
Bicara soal banjir tidak terlepas dengan persoalan macetnya Jakarta. Akibat banjir, jalanan menjadi mudah rusak dan menyebabkan kemacetan. Jika macet, orang yang akan berangkat kerja jadi terganggu, begitu juga para pebisnis. Dampaknya, ekonomi bisa lumpuh.
Kita tidak perlu saling salah menyalahkan ketika banjir sudah tiba, yang diperlukan adalah bagaimana cara mengatasi solusinya. Mungkin juga sudah banyak para pakar yang bicara soal cara menanggulangi banjir di Jakarta, seperti mengeruk sungai Ciliwung, memperbaiki drainase air seperti selokan dan anjuran membuang sampah pada tempatnya.
Saya mempunyai usulan yang mungkin sedikit agak ekstrim, yaitu membuat “Lubang Semut” di setiap ruang terbuka seperti jalanan dan halaman rumah/gedung. Maksudnya bagaimana ? Caranya sederhana, yaitu dengan membuat lubang dengan diameter 2-5 Cm sedalam 2-3 meter kedalam tanah. Jarak antara satu lubang dengan lubang lainnya berkisar antara 30 – 50 Cm dan pada bagian atas lubang diberi saringan agar kotoran tidak masuk (lihat gambar).
Jika setiap 1 meter persegi diberi lubang berdiameter 5 Cm dan panjang 3 meter dengan jarak 30 Cm antara lubang satu dengan lainnya, maka dalam 1 meter persegi tersebut terdapat 9 buah lubang. Seandainya setiap lubang mampu menampung 3 liter air hujan, maka dalam 1 meter persegi bisa menampung : 3 liter X 9 = 27 liter air.
Luas wilayah Jakarta adalah 740,3 km2. Seandainya 1 % dari luas tersebut diberi lubang saluran air, maka luas daerah yang bisa menampung air berjumlah : 7,4 km2. Nah, luas daerah tersebut setidaknya bisa menampung air sebanyak : 7.400 m2. X 27 liter = 199.800 liter. Cukup banyak bukan ? Bayangkan kalau semua air tersebut tumpah ke jalan, tentu dampaknya luar biasa.
Kemudian setiap gedung-gedung yang tinggi dan semua rumah wajib mempunyai penampungan air sesuai luas rumah mereka. Setiap meter persegi wajib menyimpan air sebanyak 27 liter. Misalnya rumah yang mempunyai luas 50 m2, maka wajib mempunyai penampung air sebanyak : 50 X 27 liter = 1.350 liter. Bisa dibayangkan berapa banyak pemukiman dan gedung-gedung di Jakarta. Tentu cukup banyak air yang bisa diserap. Bukan mustahil langkah ini bisa mengurangi bahkan menghilangkan banjir dari Jakarta. Bisakah hal ini direalisasikan ? Saya tidak tahu, namanya juga ide unik dan sedikit gila. Kalau tidak bisa, ya tidak usah dipikirkan, Gitu aja kok repot ...he..he..he..
***