(Semacam Sekadar Sambutan pada Perayaan-Tanpa-Pesta Ulang Tahun Ketiga Warung Nalar 18 Maret 2011) Semangat
ngeblog adalah berbagi, dan itu membahagiakan. Yang lebih membahagiakan daripada itu tentu saja adalah jika ada orang yang memetik manfaat dari apa yang kita bagi, atau sekadar membubuhkan komentar berupa ucapan terima kasih telah berbagi. Beberapa teman Facebook pernah berkirim pesan, mereka meminta izin untuk menjadikan tulisan-tulisan di
Warung Nalar sebagai bahan ceramah pengajian. Kebahagiaan-kebahagiaan semacam itulah yang mendorong saya serius menjadi bloger, dan tentu saja mesti lebih tekun menulis—selain dorongan utama menulis adalah untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan (menulis ibarat bercinta: ada kegelisahan yang
ngganjel dan sulit surut jika tak disalurkan, katarsis—yang tak pernah menulis dan tak pernah bercinta tidak akan mengerti rasa menanggung gejolak hasrat melakukan keduanya serta rasa nikmat setelahnya). Sampai saat ini,
Warung Nalar sudah mengoleksi 226
posting-an (tulisan dan gambar, termasuk tulisan ini) sejak pertama kali blog tersebut dibuat pada 18 Maret 2008, dengan statistik pengunjung mencapai lebih dari 53.000 dengan rata-rata pengunjung per hari sekitar 50 orang. Angka-angka itu terbilang kecil. Memang, sejak dua tahun terakhir, tidak ada obsesi untuk menghidupi
Warung Nalar selain dengan menuliskan dalam narasi terbaik isi hati dan pikiran yang telah melalui proses pengendapan untuk melahirkan karya orisinal; bukan produktivitas yang dipaksakan demi meningkatkan statistik, seperti kecenderungan pada setahun pertama. Pada masa setahun itu, yang menjadi obsesi adalah bagaimana setiap
posting-an terbaru
Warung Nalar masuk ke sepuluh besar
“Tulisan Teratas dari Seputar WordPress.com”, yang tujuan akhirnya barangkali menjadi impian para
wordpresser, yaitu blognya masuk ke empat besar “Blog WordPress.com Nge-Top Hari Ini”, sebuah gelar paling bergengsi. Lalu, disalintempellah secara apa adanya berita dan tulisan sensasional dari berbagai situs atau menulis tema yang paling banyak dicari: seks. Dan itu berhasil. Pernah suatu hari
Warung Nalar mendapat kunjungan lebih dari enam ratus orang untuk tulisan terbaru sensasional-tak penting-tak berbobot yang di-
post hari itu. Maka,
ngeblog adalah merekam jejak diri. Seseorang pernah mengatakan, jika ingin tahu apa yang terjadi pada suatu masa, lihatlah apa yang orang-orang masa itu tulis. Dalam konteks tulisan ini, pernyataan tersebut bisa dipersempit: jika ingin mengetahui kecenderungan seseorang, lihatlah apa yang dia tulis. (Seperti jenis koleksi buku-buku Anda: menunjukkan kecenderungan pemikiran dan tingkat daya pikir Anda. Lihat kembali buku-buku Anda. Mungkin Anda akan tersenyum melihat buku yang pernah Anda beli pada waktu yang sudah sangat lampau).
Warung Nalar adalah rekam jejak aktivitas menulis saya dalam tiga tahun terakhir, yang mewakili kecenderungan saya, ekspresi hati dan pikiran saya. Ia memperlihatkan bahwa sudah banyak yang berubah dalam gaya tulisan saya, baik dalam isi maupun narasi. Menengok dengan malu-malu catatan-catatan masa lalu, saya mendapati catatan-catatan yang perlu disunting (saking malunya, pernah tebersit catatan-catatan itu sekalian saja digunting). Tapi, saya urungkan itu untuk mengenang jika saya pernah menjadi penulis buruk dengan kecenderungan norak. Terakhir, kelak, seseorang akan dikenal dan dikenang rekam jejaknya lewat tulisannya atau tulisan tentangnya saat ia telah kembali kepada Sang Pencipta. Begitulah kita mengenal dan mengenang orang-orang besar yang telah tiada. Pepatah Arab mengatakan:
al-Khathth yabqâ zamân ba‘da shâhibih, wa kâtib al-khathth taht al-`ardh madfûn. Tulisan akan lestari bersama zaman, meski penulisnya telah terbaring dalam kuburan. Dirgahayu
Warung Nalar!
Juman Rofarif klik: http://jumanrofarif.wordpress.com/2011/03/18/%E2%80%9Cngeblog%E2%80%9D-adalah-merekam-jejak-diri/
KEMBALI KE ARTIKEL