Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Harmoni ...

15 Desember 2010   07:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43 141 0
Malam itu terasa menyesakkan bagiku. Entah kenapa aku saat aku berbaring di tempat tidur seperti ada di sebuah tempat sampah yang berbentuk ranjang dan beralaskan sampah bau yang kotor, dan seperti ada di dalam kandang kambing, atau di sebuah hotel berbintang lima tapi khusus untuk ayam pedaging. Sungguh benar-benar malam yang menyiksaku. Aku berbaring kemudian terlentang, beberapa detik kemudian aku menghadap ke bawah lalu berubah lagi posisinya, puncaknya aku menghadap ke bawah dan berhadapan dengan bantal yang sebenarnya wangi seperti bantalnya Julia Robert tapi karena aku sedang gelisah jadi baunya seperti aroma bangkai ikan asin. Singkat kata malam itu malam yang buruk bagiku. Ini diperparah dengan keributan yang terdengar dari kamarku. Bayangkan saja 8 adikku sedang sedang berebut makanan yang disebar oleh ibuku dan kekacauan tak dapat terelakan lagi.

Dan malam itu adalah malam selasa tanggal 9 November 2010.

Salah satu yang membuatku tak tenang adalah pada siang hari itu saat sela kuliah aku berkumpul dengan teman-temanku.

"Eh, kamu udah nulisn berapa artikel di Kompasiana?" tanya salah seorang temanku sebut saja Rani.

" Aku sudah dapat 4 tapi rasanya belum puas" jawab Faizah temanku yang lain.

"Lho bukannya kalo udah 4 sudah selesai semua tugasnya?" tanya Rani lagi

" Iya si, tapi aku kan pingin yang luar biasa bukan cuma biasa" Jawab Faizah lagi dengan muka seriusnya.

Pokoknya hampir semua temanku sudah menyelesaikan tugasnya, aku terdiam dan perotku yang dari tadi pagi hingga pukul 3 sore blum di isi apai kenyang seperti makan telur busuk 1 kilo setelah mendengar percakapan dari teman-temanku. Bagaimana tidak, hingga saat ini aku belum menulis satu artikelpun belum aku buat dan dimasukan k kompasiana. Padahal aku mempunyai penyakit yang sudah akut yaitu tak bisa menulis karena menulis memang musuh bebunyutanku. Selain itu bentuk tulisanku juga sangat buruk dan sangat sulit dibaca. Aku termenung, aku biingung dan aku panik. Apakah aku bisa mengimbangi teman-temanku dan mengejar waktu untuk menyamai teman-temanku yang sudah mempostingkan artikel k kompasiana.

" hehhhhh,,,,,,hhe, bangun" bentak Faizah "kamu sudah nulis berapa di kompasiana?"

Eeemm. . . .mm eeem, , ,empat!!!! Jawabku dengan senyum agak kecut. Padahal satu hurufpun blum tertulisdi kompasiana tapi gngsi donk ahhhh,,,,,,

Masa aku yang dulu dikelas 5 slalu juara 1 yang pada saat main sepak bola bersama adikku aku selalu menang dan mencetak gol dan yang lebih membanggakan lagi aku menjadi siswa teladan nomr 3 dan mendapat uang pmbinaan sebesar 75000 dan rajin membantu orang tua serta rajin menabung.Dengan reputasiku yang sangat membanggakan masa aku harus kalah dengan obrolan macam ni.

"ngemeng-gemng judul tulisannya apa yachhhh ?kalo punya Rani dan Faizah aku aku sudah pernah membacanya tapi punyamu aku belum tahu?".. .. . tanya Puput.

Mendengar pertanyaan itu seperti ada petir yang menyambaar kepalaku. Bagaimana tidak, aku yang dengan reputasiku yang sangat membanggakan harus kalah dengan cara yang amat sangat memalukan. Sepertinya dua Klitscko bersaudara telah melancarkan pukulan mautnya secara bersamaan ke wajahku. Dan saat inilah mungkin keprkasaanku akan runtuh, inilah saatnya aku harus siap di gantung. Aku bingung dan berfikir keras jurus kibul macam apalagi yang harus kugunakan di saat-saat yang kritis ini?

Tiba-tiba pak suripto masuk ke kelas dan menyelamatkan aku untuk sementara.

Wawawawaaaahhhhhhh .......................,,,,,,,,,,,,,,,

Pak Suripto dosenku yang baik penyelamatku, kalau saja aku punya uang banyak, maka tak ragu aku membri bagian yang tak tak sedikit. Segalanya berubah, aku yang sudah tak mempunyai kekuatan untuk melawan "serangan" dari Puput yang telah membuat nafasku tersengal-sengal. Yang membuatku ingin menyerah di medan peperangan ini sebelum pahlawanku yang tak lain adalah Bapak suripto. Setelah "Superheroku" datang, aku walau dengan nafas yang tersengal-sengal mempunyai alasan untuk hidup dan mencangkan balas dendam. Semua ini tak bisa dibiarkan, aku harus menebusnya. Tak peduli dengan apa tapi aku harus bisa. Aku ingin segera melewati semua ini dan hidup dengan normal.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

nah .. . . . ,,,,,,,,, itulah pengganggu pikiranku. Aku pusing setengah mati memikirkannya. Aku berusaha mencari buku yang berhubungan dengan musik dan mengirim banyak pesan pendek ke teman-temanku yang kuliah di progam musik. Tapi setelah lama menunggu balasan dari tmanku tak satupun ada yang mau membalas dan aku pengen membaca buku lagi rasanyan males banget.

Aku berusaha berfikir keras untuk bisa melewati ini semua dan kembali ke jalurku. Aku harus melakukan sebuah tindakan yang bisa mengubah semua, sebuah tindakan yang cerdas yang bisa membawa angin segar, sebuah tindakan yang nantinya membawaku ke dalam suatu kebahagiaan. Tapi tindakan apa itu masih sangat kabur bagiku, dan aku sangat pusing memikirkannya. Aku mulai berpikir untuk tidur karena mungkin dengan tidur akan menyelesaikan masalah paling tidak sampai esok. Tapi, semakin aku berusaha untuk memjamkan mataku semakin sulit pula untuk bisa tidur.

Saat aku sedang bergelut dengan masalahku di ranjang tanpa sengaja aku mendengar adiku mengucapkan sebuah kata yang tidak asing lagi yaitu "OBAMA".

Aaaahaa,, , , ,inilah saatnya bangkit kataku.

Olala

Obama yang anak si menteng yang pada januari lalu menjadi prsiden USA, dia memang sangat dekat dengan negeri tencinta kita ini. Saya masih ingat betul slogan kampanye "Sang Presiden Bakso" tersebut. Ya slogan kampanyenya adalah "yes we can'. Ya saya bisa dan aku pasti bisa. Inilah semangat kebangkitan. Aku jadi lebih bergairah untuk menaklukkan dunia. Rasanya semangatku naik 3000 kali lipat dari sebelumnya. Ajaib dan mengagumkan

Tak lama kmudian aku bangkit dari tempat tidurku lalu aku membaca buku la tahzan dan mambaca beberapa bab dan sekarang jadi tambah yakin diantaranya dengan membaca al hadist yang berbunyi

"Sesungguhnya, agama itu mudah, dan agama tidak munyitkan seorang pun kecuali dia dapat mengatasinya"

Aku semakin kuat dan keyakinanku bertambah. Tanpa banyak cingcong aku segera membuka buku Pendidikan Seni Musik tentunya dengan diawali dengan Basmalah. Dan inilah artikel yang aku tulis. Dengan materi harmoni dan struktur lagu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun