Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Hitam Putih Kompasiana

1 Juni 2012   04:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 138 1

Perkembangan citizen journalism (jurnalisme warga) di era globalisasi memunculkan banyak kemudahan dalam kegiatan jurnalisme, tak hanya di Indonesia juga di dunia. Pengaruh perkembangan media jurnalisme tersebut memiliki efek langsung pada beberapa blog jurnalisme. Kompasiana yang pada awalnya merupakan blog jurnalis di bawah kepimilikan Kompas, belakangan ini telah berubahmenjadi media yang menampung aspirasi warga yang disebut sebagai jurnalisme warga . Pada Kompasiana, warga berperan sebagai jurnalis dapat berbagi informasi lingkup regional maupun nasional, mewartakan peristiwa, menyampaikan opini serta menganalisis berbagai aspirasi warga dalam bentuk tulisan, gambar, maupun paparan video yang sesuai dengan kelebihan jurnalisme online serta sebagai konsekuensi dari lahirnya web 2.0 yang dengan mudah dapat melampirkan banyak fasilitas secara digital.

Dibentuknya jurnalisme warga Kompasiana merupakan langkah awal bagi kompas untuk mencerdaskan kehidupan warga untuk dapat “melek media”, dengan melakukan kegiatan penulisan atau menjadi pembaca aktif di forum kompasiana. Kompasiana memberikan peran positif bagi warga Indonesia. Disini setiap orang didorong menjadi seorang jurnalis yang mewartakan berita berdasarkan frame dari masing-masing karakter penulisan si jurnalis.

Hal yang paling sering terjadi bahwa Kompasiana dapat membentuk opini publik sebagai aksi kritis akan suatu kasus. Seperti halnya dalam kasus korupsi penggelapan dana wisma atlet yang masih menjadi topik hangat hingga belakangan ini sudah mulai teredam oleh kasus Lady Gaga.

Opini publik dalam Kompasiana terbentuk karena tersedianya ruang interaksi dan komunikasi antar jurnalis atau pembaca untuk melakukan diskusi dan pertukaran gagasan terkait suatu kasus. Mereka juga dapat berkomunikasi lewat email, maupun fitur interaktif lainnya. Manfaat kompasiana tentunya juga menjadikan motivasi bagi generasi muda yang tidak dapat secara komersial menjadi jurnalis, namun disinilah jurnalis-jurnalis muda mulai tumbuh membaur bersama jurnalis lainnya. Sehingga secara tidak langsung para jurnalis muda menjadi semakin terasah sehingga jurnalis muda ini semakin terbuka wawasannya ketika dihadapkan pada kegiatan penulisan diluar konteks media jurnalisme.

Setiap konteks di mana sebuah objek memiliki kelebihan, tentunya memiliki kekurangan. Demikian pula terjadi pada Kompasiana. Kurangnya penjelasan akan setiap kategori wacana membuat terkadang jurnalis memasukkan berita pada kategori wacana yang salah, sehingga terjadinya komunikasi yang lepas antara pembaca sebuah kategori wacana, dengan headline wacana yang terkadang salah tempat. Hal tersebut juga dikarenakan banyaknya kategori wacana atau pada Kompasiana biasa disebut ‘kanal’ yang digeneralisir bahwa semua orang ‘pasti’ tahu akan maksud definitif dari setiap kanal.

Karya jurnalisme memberitakan sebuah gagasan maupun peristiwa berdasarkan frame / sudut pandang penulis. Dalam kaidahnya penulis diharapkan berada pada sudut pandang orang ke-3 dalam sebuah karya penulisan, namun terkadang penulis justru berkesan memihak dan bahkan terkadang sentiment terhadap opini kontra versi penulis. Tidak disalahkan, namun terkadang konsep penulisan seperti itulah yang memunculkan debat kusir tak berujung yang terjadi pada kompasiana. Salah satu kasus fenomenal baru-baru ini adalah debat perspektif mengenai kasus Lady Gaga yang tidak berujung, bahkan mulai terkuak opini yang mengandung sara. Yang patut disayangkan dalam konteks ini adalah, banyaknya opini kontra yang cenderung mematikan perspektif netral dan kasus Lady Gaga. Hal seperti ini dapat dikatakan menjadi ancaman terbesar ketika pewarta jurnalisme terkontaminasi ideologinya sehingga menjadikan dirinya sebagai pewarta berita yang cenderung tidak cover both side.

Adanya ideologi yang bertabrakan dan munculnya sebuah ego dalam penulisan berita, secara tidak langsung dapat merusak terjadinya pluralitas dalam kehidupan berwarga dan bernegara yang seharusnya bersifat saling menjaga. Hal tersebut bernilai sama ketika konteks dimaksukkan pada terciptanya spiral keheningan pihak pro maupun netral dalam suatu kasus Lady Gaga, dikarenakan ideologi patriarkis yang juga tertanam dalam pemberitaan beberapa jurnalis di Kompasiana. Pada sisi ini seharusnya Kompasiana memberikan kontrol yang baik agar pemberitaan suatu kasus itu diharapkan berdasarkan analisis fakta yang netral sehingga kemurnian berita dapat terjamin, juga lampiran yang mendukung agar pembaca juga mendapatkan unsur kepuasan.

Kompasiana tidak secara penuh memberikan kontrol. Sejauh ini dapat dikatakan bukan berarti Kompasiana ‘tidak’ memberikan kontrol, hanya saja kontrol yang berlaku tidak berperan secara maksimal. Jika ditinjau dari segi fungsionalnya, Kompasiana dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam dunia jurnalistik, meskipun masyarakat merasa belum berkompeten dalam penulisan media juranlismeuntuk menjadi bagian dari jurnalisme warga Kompasiana.

Banyak hal yang didapatkan masyarakat sebagai kekayaan intelektual jika berperan aktif dalam pemberitaan kompasiana. Setiap karya tulis memiliki peluang yang sama untuk dapat ditampilkan sebagai salah satu berita di media online Kompas, sudah banyak dari karya jurnalisme warga yang menjadi bagian dari berita resmi kompas.com.

Semakin berkembangnya jurnalisme warga Kompasiana dari hari ke hari diharapkan tidak menjadi sebuah ancaman bagi media jurnalisme lain untuk gulung tikar menghadapi persaingan media satu sama lain. Justru perkembangan media seharusnya dapat menjadi sebuah motivasi untuk menyelaraskan dan merevitalisasi peran media kepada masyarakat. Kompasiana, adalah salah satu jurnalisme warga yang menyelamatkan peran media pada masyarakat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun