Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Altruisme: Cara Manusia Menuju Pemuliaan “Yang Tak Terbatas”

2 Oktober 2014   17:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:39 196 2
Membaca catatan dari akun Gabriel Gradi https://www.facebook.com/notes/gabriel-gradi/altruisme-salah-satu-tujuan-dalam-pemuliaan-manusia/10152115955127594?ref=notif¬if_t=note_tag saya kemudian tertarik untuk turut berbagi pengetahuan.

Pertama-tama saya membuka sebuah kamus filsafat karangan Lorens Bagus. Pada halaman 42 saya menemukan kata altruisme. Saya menjadi tahu, bahwa kata ini di angkat oleh Auguste Comte, filsuf Perancis. Istilah altruisme menyiratkan penghargaan dan perhatian terhadap orang lain, bahkan terhadap pengorbanan kepentingan pribadi.

Lalu saya ingat buku pinjaman dari perpustakaan yang belum saya kembalikan: “Filsafat Modern” karya F. Budi Hardiman. Saya buka pada halaman 204, karena disana dibahas tentang Auguste Comte. Ternyata disana diterangkan bahwa Auguste Comte memiliki latar filsafat positif. “positif” diartikannya sebagai “teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta teramati”. Dengan kata lain, “positif” sama dengan “factual” (apa yang berdasarkan fakta-fakta). Maka positivism menegaskan bahwa pengetahuan hendaknya tidak melampaui fakta-fakta.

Penegasan itu menjadi tampak kontras dengan pemikiran Kant, yang masih cukup segar saya ingat dalam kuliah. Kant menerima “das Ding an Sich”. “das Ding an Sich” adalah objek yang tidak bisa diselidiki pengetahuan ilmiah. Sehingga apa yang disebut fakta-fakta teramati, hanyalah penampakan dari sesuatu Yang Lebih Besar darinya.

Meskipun ada pemikiran yang kontras, keduanya memiliki kemiripan perihal kemanusiaan. Comte memandang bahwa moralitas tertinggi adalah cinta dan pengabdian kepada kemanusiaan. Sedangkan Kant, dalam hal kemanusiaan, manusia diposisikan sebagai tujuan, bukan sebagai sarana.

Kemiripan perihal kemanusiaan itu ketika disatukan, menjadi selaras dengan arti altruism tadi. Akan tetapi itu saya rasakan belum cukup. Altruism menjadi lebih kaya ketika dilatari kekontrasan Comte-Kant tadi. Maksudnya, Comte kan berpijak pada fakta, sedangkan Kant apa yang tampak (fakta) hanya sekdar penampakan Sesuatu Yang Lebih Besar.

Jadi, Altruisme adalah kepekaan dalam perbuatan manusia yang tampak. Apa yang tampak itu merupakan perwujudan Sesuatu Yang Lebih Besar. Hal ini sejalan dengan cara pandang Levinas, bahwa orang lain adalah symbol dari “Yang Tak Terbatas” yang menampakkan diri dalam relasi perjumpaan.

Dari sini, perasaan dan ingatan saya terbawa pada pengalaman teman-teman asrama yang menerima pengungsi Erupsi Merapi 2010. Mereka dengan kehendak bebasnya peka, mau menolong tanpa mendambakan imbalan. Saya yang waktu itu tidak cukup terlibat, karena malas juga, menyaksikan betapa ada sosok Yang Ilahi tidak tinggal diam dalam bencana ini. Ingat juga saat Gempa Jogja 2006, Yang Ilahi hadir dalam altruism para relawan.

Kemudian dalam hati saya bertanya; sadarkah bahwa Altruisme membawa manusia menuju Pemuliaan “Yang Tak Terbatas”? Siapa “Yang Tak Terbatas’ itu bagiku?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun