Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Salam Kepada yang Terhormat Pemangku Kekuasaan dan Petinggi Agama

22 Februari 2024   12:08 Diperbarui: 22 Februari 2024   12:16 294 6
Selama pemilu dan masa kampanye, negara kita tercinta terbagi ke dalam berbagai kelompok pendukung capres dari 01-03. Ada yang berteriak dengan lantang, "Amin aja dulu," ada yang "ok gas-ok gas nomor 2 torang gas," dan ada yang "Sat-Set." Entah itu masyarakat biasa, pemangku kekuasaan, maupun petinggi agama. Semuanya larut dalam demam dan mimpi akan pemimpin yang didambakan. Seakan semuanya sepakat untuk bersama berhenti sejenak memikirkan permasalahan-permasalahan krusial yang sedang terjadi di negara kita tercinta. Namun, ketika pemilu telah usai, dan setelah semua orang mulai kembali kepada rutinitas masing-masing, masih saja ada mereka yang termulia dan terhormat, pemangku kekuasaan, dan petinggi agama yang masih saja belum bangun dari dunia mimpi menuju realita.

Narasi-narasi seperti "demokrasi mati," "demokras" atau "democrazy," mereka jual kepada mahasiswa-mahasiswa yang kurang literasi demi memenuhi keinginan mereka untuk membatalkan apa yang telah terjadi. Anehnya, mahasiswa yang seharusnya kritis mempertanyakan dengan seksama bagaimana demokrasi itu mati? Apa penyebabnya? Dan apa solusinya? Malah sibuk membakar ban di jalan untuk mengusir nyamuk. Agaknya mereka telah terbuai oleh narasi candu dari petinggi agama dan obat gosok dari para pemangku kekuasaan yang gila jabatan. Memang tidak semua seperti itu, namun sebagian besar dari mereka yang terhormat memiliki penyakit yang sama, yakni gila kekuasaan.

Mungkin memang benar apa yang Soekarno katakan, perjuangannya tidak lebih berat karena melawan penjajah. Dan perjuangan kita yang lebih berat karena melawan bangsa kita sendiri. Sedikit berpaling kepada filosof Yunani kuno, mungkin ada benarnya yang Aristoteles katakan tentang keburukan-keburukan Demokrasi. Jadi, untuk itu saya tidak terlalu berharap lebih kepada demokrasi.

Akan tetapi kepada yang terhormat, pemangku kekuasaan, dan petinggi agama, saya sangat berharap. Mereka lebih mengajarkan dan memberikan edukasi yang mengarah kepada toleransi dan literasi yang menjunjung persatuan. Bukan malah memprovokasi rakyat, terutama adik-adik yang baru saja menginjak umur dewasa dan masih euforia dengan statusnya sebagai mahasiswa. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun