Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Jilbabisasi Sekolah Negeri

24 Januari 2021   16:15 Diperbarui: 24 Januari 2021   16:39 213 1
Ini cerita anak lanang 10 tahun lalu, saat masih SMP.  

Ketika pelajaran agama dia dipanggil gurunya yang mengira dia non muslim,
"Kamu Budha ?"
"Islam bu,"
"Coba baca surat Al fatihah,"
Dia baca surah Al Fatihah di depan kelas.

Sampai disini selesai ? Belum. Guru masih penasaran melihat anak saya berkulit putih, mata sipit, tubuh gempal.

"Orangtuamu keturunan Cina ?"
"Ga bu,"
"Namamu Raden, keturunan Jawa ?"
"Papah saya keturunan Bangsawan Cianjur, Raden Wirabrata. Trah Raden Aria Wiratanudatar, eyang dalem Cikundul, Jonggol (makam beliau jadi tempat wisata religi.red)

Puas dg jawaban anak saya, satu suku, satu bangsa, guru  menyuruhnya duduk kembali. Kami tertawa mendengar ceritanya seusai sekolah.
----
Entah apa yg terjadi di dunia pendidikan  saat ini. Makin kesini pemahaman kebhinekaan makin sempit. Sekolah negeri menjadi alergi dengan siswa/i non muslim. Perangkat sekolah negeri menerapkan kebijakan berbasis agama tertentu. Padahal sistem pendidikan nasional menerapkan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Pertanyaan pertanyaan yang ditujukan kepada anak saya, memaksakan siswi non muslim berjilbab seperti yang terjadi di SMKN 2 Padang sudah menyalahi prinsip penyelenggaraan pendidikan ; pelanggaran HAM, tidak adil, tidak menghargai nilai keagamaan dan kemajemukan. Menteri pendidikan harus tegas dan  perhati. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun