J. Simanjuntak Doakan & hadirilah Seminar Peduli Konseling Nusantara XVI 18-19 Mei 2012 di Hotel Ciputra, Jakarta Barat. Brosur Klik disini Menurut data WHO penduduk Indonesia yang mengidap gangguan jiwa sekitar 26 juta jiwa. 13,2 juta jiwa diantaranya mengalami depresi. Dalam kesempatan seminar di beberapa kota saya mendapatkan banyak pertanyaan, bagaimana membedakan gangguan jiwa (terutama depresi dan skizofrenia) dengan kerasukan setan. Sebab banyak gejala yang mirip. Sementara orang bingung, banyak orang meggunakan jasa dukun atau orang pintar yang dianggap bisa mengusir setan . Banyak masalah gangguan jiwa dianggap sebagai kutukan sehingga setan perlu diusir. Kalau diagnosa salah maka penanganan atau terapi juga bermasalah. Membedakan gangguan jiwa khususnya skizofrenia dengan kerasukan setan, bagi awam tidaklah mudah. Dalam buku saya “Membedakan Gangguan Jiwa dan Kerasukan Setan” terbitan Gramedia Pustaka Utama (2009) saya menjelaskan ada beberapa perbedaan dan persamaan kerasukan setan dan gangguan jiwa skizofrenia. A. Perbedaan Kerasukan setan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yang membedakannya dengan gangguan skizofrenia 1. Ada bukti pengetahuan dan intelektualitas baru yang sebelumnya tidak dimiliki korban. Si penderita bisa bicara dalam bahasa asing yang tidak pernah ia pelajari sebelumnya. 2. Ia tidak mengenal identitas dirinya dengan benar, muncul “kepribadian baru”. Si penderita kadang memperkenalkan diri sebagai setan — penyebutan diri sebagai setan biasanya sebagai orang pertama. Korban berbicara sebagai orang ketiga. Dia suka menyebut dirinya sebagai setan atau sekelompok roh yang hebat. Pada penderita skizofrenia, kesadaran akan realitas bisanya terganggu. Ia tidak dapat mengenali dirinya, bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Ia juga biasanya tidak sampai menyebut dirinya sebagai setan. 3. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk mengutuk/menghujat Allah. Juga membenci kegiatan doa atau ibadah. 4. Ia memiliki kekuatan yang besar sehingga dapat mematahkan rantai yang mengikatnya. Padahal dia sangat kurang makan dan punya kesehatan yang buruk. 5. Orang tersebut biasanya langsung sembuh/normal setelah setan diusir dari dalam dirinya. Perubahan dan kesembuhannya mendadak. Ini tidak mungkin pada skizofrenia yang membutuhkan proses dalam pengobatan. 6. Di saat proses penyembuhannya terjadi pemindahan okultis (roh) dari tubuh si penderita ke bagian (mahluk) lain. B. Gejala kerasukan setan yang mirip dengan skizofrenia adalah : 1. Ada keinginan yang kuat untuk bunuh diri. Umumnya mereka punya konsep diri yang sangat rendah (merasa diri tidak berguna). Mereka mempunyai masalah yang besar dalam kepribadian dan tingkah lakunya. Mereka umumnya mempunyai siksaan batin yang berat karena problema kehidupan yang berat. Untuk meringankan atau melupakan beban yang berat itu ia tidak merawat atau kadang menyiksa tubuhnya sendiri. 2. Adanya waham (delusi), halusinasi, bicara terdisorganisasi (sering menyimpang), perilaku yang aneh, gejala negatif (pedataran afektif, tidak ada kemauan) dan terjadinya disfungsi sosial/pekerjaan. 3. Penderita mudah curiga, cenderung depresi, cemas, tegang, gampang marah, dan perasaannya mudah berubah. Sebagian mengalami gangguan makan dan sulit tidur. 4. Ada masanya penderita kehilangan energi dan motivasi, lebih susah mengingat dan berkonsentrasi. Penderita biasanya merasa segala sesuatu di sekitarnya berubah, sehingga ia merasa asing di lingkungannya sendiri. 5. Umumnya mereka langsung tidak bisa berfungsi dengan baik dalam kehidupan sosialnya, sebab mengalami halusinasi, yakni si penderita mendengar, melihat, mencium, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Juga mengalami waham (delusi), yakni penderita meyakini sesuatu yang tidak wajar dan aneh. 6. Ia menjadi pasif dan tidak ada perhatian pada keluarga atau lingkungannya, penderita hidup dalam dunianya sendiri. Tidak mau mengurus diri (tidak mau makan, tidak mau mandi). Ia juga kehilangan perasaan atau emosinya menjadi datar. (*)
Baca Buku JS ||
Twitter Bacaan: Buku Membedakan Gangguan Jiwa dan Kerasukan Setan (Oleh Julianto Simanjuntak, Gramedia)
KEMBALI KE ARTIKEL