Bener juga sih. Akhir-akhir ini, TEMPO sering menjadikan M. Nazaruddin sebagai Nara Sumber utama. Itu tu, si Nazar Raja Pembohong. Dulu, Nazar selalu nolak kalau Yulianis, Rosa, adalah stafnya. Ia malah bilang nggak kenal Yulianis dan Rosa. Eeee… fakta dipersidangan terbukti kalau Rosa dan Yulianis adalah anak buah Nazaruddin. Nazar juga ngaku kalau istrinya Neneng nggak pernah ngurusin usahanya. Ia bohong lagi. Wong yang ngatur keuangan perusahaan adalah istrinya. Hehehe.
Nah…orang seperti ini, dijadikan TEMPO sebagai Nara Sumber utama. Sakit nggak tuh. Kalo sebagai nara sumber suplemen bolehlah. Sekedar ngorek informasi, trus kebenarannya di cek ulang melalui sumber-sumber lain. Faktanya, TEMPO udah nggak begitu. Nggak percaya?
Kasus yang melibatkan Angelina Sondakh misalnya. Ternyata Angelina Sondakh tidak terlibat korupsi Wisma Atlet sebagaimana yang dituduhkan M. Nazaruddin kan? Padahal TEMPO berulang-ulang memberitakan Angelina Sondakh terkait wisma atlet. Eh..taunya, Angie dihukum bukan karena wisma atlet, tapi karena kasus pembangunan kampus. Beda kan?
Contoh lain; TEMPO diancam akan dituntut oleh keluarga Mallarangeng karena pemberitaannya tentang Mallarangeng bersaudara yang penuh sensasi dan tidak benar. Ujung-ujungnya, TEMPO memilih jalan damai dengan Celi, adiknya Andi Alfian Mallarangeng. Setelah kasus itu, TEMPO nggak berani lagi memberitakan Andi Mallarangeng dalam berita utama.
Terakhir, TEMPO memberitakan tentang Anas Urbaningrum. Firman Wijaya, pengacara Anas Urbaningrum menggelar jumpa pers mementahkan pemberitaan Majalah TEMPO. Bahkan TEMPO diancam mau dituntut atas pemberitaannya yang tidak benar, sangat tendensius dan penuh sensasi.
Ini adlah sedikit bukti bagaimana TEMPO sekarang ini nggak ada lagi verifikasi berita. Ngambil berita dari satu sisi doank. Apalagi kalau ada pesanan. Mmmmm, jadi deh berita pesanan sesuai maunya pemesan. Bukan sesuai nurani independensi para awak berita.
Kalau gitu, apa sih yang sesungguhnya terjadi pada TEMPO saat ini? Kenapa tulisan TEMPO masa kini tidak sehebat masa Gunawan Mohamad dulu?
Bisik-bisik dari dalam TEMPO sendiri, idealitas para wartawannya sedang ‘perang’ dengan kepentingan bisnis pengelolanya. Maklum, bisnis TEMPO saat ini sedang anjlok dan perusahaan terlibat utang. Para wartawan ingin tetap mempertahankan indepedensi, tapi pengelola khabarnya lebih tertarik dengan uang ketimbang kredibilitas. Dengan cara apapun, mereka berusaha mencari uang yang gede, termasuk kepada orang yang bersedia membayar mahal untuk berita. Karena itu, isu berita pesanan atau headline pesanan sudah tidak asing lagi di Koran atau Majalah TEMPO, kata si wartawan TEMPO yang nggak mau disebutin identitasnya.
Khabarnya pula, TEMPO berhasil meraup milyaran rupiah dari pemesan berita. Termasuk dari pemesan berita untuk mem-framing Anas Urbaningrum.
Ceritanya begini. Si pemesan berita membayar TEMPO dengan jumlah uang yang besar. Imbalannya, TEMPO harus membangun persepsi publik yang jelek terhadap Anas Urbaningrum. Karena itulah makanya pemberitaan TEMPO akhir-akhir ini selalu hanya menjadikan M. Nazaruddin sebagai nara sumber utama. Mana pernah pembelaan Anas yang dijadikan sebagai berita utama, kata nara sumber dari internal TEMPO yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Kalau TEMPO sudah begini, berarti sudah makin dikit media yang kredibel di negeri ini. Apalagi khabarnya perusahaan TEMPO lagi dililit utang dan TEMPO terancam bangkrut. Kalau dihubung-hubungkan, khayaknya masuk akal jika kemudian kredibilitas gugur demi fulus. Kiamat bagi media dah….. Edaannnn.