Seperti yang dikemukakan oleh filsuf postmodernis Judith Butler dalam bukunya Gender Trouble, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1990-an, gender bukan sesuatu yang otentik karena gender bukanlah seksualitas sejati yang dimiliki seseorang di dalam dirinya. Gender adalah produksi budaya atas tubuh, dan tidak lain adalah pertunjukan budaya atas seksualitas yang secara historis diperbolehkan. Seperti kebanyakan ahli teori lainnya, Butler tidak berpikir tentang seks atau gender dalam hal kategori. Ia menegaskan bahwa konstruksi identitas bersifat konstan, dengan struktur seperti keluarga, hukum, dan media yang menjadi sumber kekuasaan yang signifikan. Dalam hal ini, gender adalah konstruksi masyarakat dan ditopang oleh praktik, tetapi individu dibekali dengan stereotip yang dianggap sebagai bawaan dari maskulinitas dan feminitas. Adapun konsep-konsep kritis dalam Descendant (2018) karya Eva Truesdale, setelah cerita tentang gender, pemenuhan diri, atau perjuangan melawan stereotip. Pertanyaan mengenai peran gender dieksplorasi dalam karya berjudul Descendant melalui permasalahan yang harus dilalui oleh tokoh utama, benturan antara stereotip gender dan individualisme. Buku Truesdale dapat digunakan sebagai contoh yang baik dari performativitas diskursif Butler dengan melihat bagaimana norma-norma sosial mempengaruhi proses menjadi subjek, bagaimana proses tersebut dapat bersifat subversif, dan bagaimana kekuasaan mempengaruhi hubungan antara diri dan subjek.
KEMBALI KE ARTIKEL