Ajakan berkemah datang lagi!. Masih hangat terasa sensasi seru nya berkemah di emphty quarter yang kami lakukan bulan lalu. Kini Indo emirates-sebuah wadah untuk komunitas WNI di Ruwais Abudhabi- mengundang para anggotanya untuk berkemah ke lokasi yang lebih jauh lagi, melintasi Negara UAE. Ke Oman lah kami akan berangkat, singgah dan berkemah. Berbekal pengalaman sewaktu di Liwa kali ini persiapan yang kami lakukan lebih matang, demi kenyamanan saat berkemah nanti. Tenda yang lebih besar supaya tidur tak berdesakan, selimut yang lebih banyak, bantal-bantal dan makanan-makanan kecil.
D’ Campingers
Awalnya peserta yang mendaftarkan diri untuk kegiatan berkemah kali ini sama seperti berkemah di Liwa bulan lalu yaitu sekitar 14 keluarga. Namun ketika waktu keberangkatan tiba peserta yang fix berangkat tinggal tersisa 7 keluarga. Sebelum keberangkatan kami mengadakan pertemuan-pertemuan untuk mematangkan persiapan. Cuaca yang akhir-akhir ini sangat dingin dan seringnya badai debu membuat banyak penduduk Ruwais yang terkena sakit flu dan batuk bahkan chicken pox dan informasi dari berita-berita di media massa yang menyebutkan bahwa Fujairah UAE lokasi yang terdekat dengan Dibba Oman sangat dingin bahkan di beberapa puncak bukit batu turun hujan salju, akhirnya dengan alasan-alasan tersebut membuat beberapa keluarga memutuskan untuk tidak berangkat.
Akhirnya inilah kami, D’Campingers, para penyuka kemping, 7 keluarga dan satu orang bachelor yang berangkat untuk berkemah di Musandam Dibba, Oman. Seperti bulan lalu, waktu keberangkatan terbagi dua term. Hari pertama berangkat kamis 9 februari pukul 5 sore, di kloter pertama ini 4 keluarga yang berangkat yaitu keluarga Herry Sadewo, Partondo Catur Nugroho dan Agus Haryanto, sedangkan keluarga Mardian Purwanto (presiden Indo emirate) sudah berangkat di pagi hari karena ada kepentingan pribadi mampir terlebih dahulu di Abudhabi. Kloter kedua berangkat jum’at 10 Februari pukul 9 pagi dengan 3 keluarga yaitu, kami (lukman Setiawan), Amrizon, Darmadi Miswan dan satu orang bachelor yaitu Zamrony.
Kloter yang berangkat di hari pertama terlebih dahulu bermalam di Sharjah, mereka datang di hotel sekitar pukul 22.30. Hotel yang dipilih lumayan dekat dengan lokasi perkemahan Dibba Oman yaitu “hanya” berjarak sekitar kurang lebih 55km. Sedangkan yang berangkat di hari kedua langsung menuju ke tempat lokasi perkemahan Dibba, Oman.
Dibba, Kota Dua Negara dan Dua wilayah Emirate
Kami berangkat di kloter kedua yaitu di hari jum’at pukul 9 pagi, dari Ruwais langsung menuju Oman dengan tiga mobil konvoi beriringan. Jarak antara Ruwais dan Dibba Oman kurang lebih sekitar 400km. Perjalanan relative lancer, kami singgah di beberapa petrol (pom bensin). Dan berhenti di daerah Al Dhaid untuk melaksanakan sholat jum’at. Hal yang mencolok dari petrol-petrol di kota-kota Dubai, Abudhabi dan Sharjah yang sering kami kunjungi dengan daerah-daerah kota kecil yang kami singgahi sepanjang perjalanan ini adalah kebersihan toilet. Di kota-kota besar Dubai, Abudhabi dan sharjah, Toilet-toilet yang terdapat di petrol sangat terjaga kebersihannya sedangkan di kota-kota kecil yang kami singgahi toilet kurang bersih dan tak terawat, di tambah lagi tak ada kloset duduk hanya ada kloset jongkok, mengingatkan saya pada toilet-toilet umum di Indonesia.
Dibba adalah kota yang unik dengan kepemilikan dua Negara dan 3 ruled (pemerintahan) yang terdi dari; Dibba Al-Fujairah yang berada dibawah pemerintahan Fujairah UAE, Dibba Al-Hisn yang berada dibawah pemerintahan Sharjah UAE serta Dibba Al-Bayya yang berada dibawah pemerintahan Musandam Oman. Menurut laman guardian.co.uk, Oman termasuk ke dalam daftar 12 negara yang wajib dikunjungi tahun 2012, dan daerah yang di rekomendasikan selain muscat adalah Musandam Peninsula, Dibba adalah salah satu wilayah Musandam Peninsula. Oman pantas di rekomendasikan karena Negara ini masih dibalut oleh kearifan lokal, kental dengan nuansa tradisi dan budaya setempat. Sangat berbeda dengan Negara tetangganya yaitu UAE yang serba artificial.
Perjalanan kali ini sangat berbeda dengan perjalanan berkemah di Liwa, apabila di Liwa di sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan gurun pasir yang indah dan misterius maka di sepanjang perjalanan menuju Dibba kami disuguhi oleh hamparan Rock mountains (gunung-gunung batu). Gunung-gunung batu yang terjal di kanan-kiri jalan berdiri kokoh dan menjulang tinggi. Semakin ke dalam kami seakan di kepung oleh Rock hills (bukit-bukit batu), jarak antara badan jalan dan Rock hills sangat dekat hanya sekitar 5 meter saja.