Empat belas abad yang lalu Nabi Muhammad Saw menghadap kepada Allah Swt melalui Isra Mikraj. Sebagaimana Qur'an surat Al Isra ayat 1,."Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
Di saat Isra Mikraj itulah Rasulullah Saw diberikan perintah untuk melaksanakan ibadah shalat sebanyak lima waktu atau kita sebut shalat fardhu, mulai shalat Dzuhur (4 rakaat), Ashar (4 rakaat), Maghrib (3 rakaat), Isya (4 rakaat) dan shalat Subuh (2 rakaat). Total seluruhnya ada 17 rakaat.
Kewajiban pelaksanaan shalat fardhu tersebut diperuntukan untuk umat akhir jaman yaitu umat Rasulullah Saw. yang telah mengikrarkan dua kalimat sahadat, tidak ada Tuhan selain Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan-Nya.
Kembali ke momentum peringatan Isra Mikraj, sejatinya umat Islam menyadari bahwa Isra Mikraj adalah tonggak sejarah istimewa untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt sang Maha Pencipta yang selalu memberikan kasih dan sayang-Nya.
Melaui Isra Mikraj itu, yaitu ada perintah ibadah shalat fardhu sebanyak lima waktu, umat Islam seharusnya mengetahui makna yang sesungguhnya yaitu harus disiplin mengingat kepada Allah Swt. Kalau lah setiap diri selama 24 jam penuh tidak ingat dan lupa kepada Sang Maha Pencipta, maka Allah Swt mengingatkan ada waktu 5 kali dalam sehari semalam untuk mengingat-Nya, berupa ibadah shalat fardhu.
Orang beriman sangatlah rugi, jika sehari semalam masih berani meninggalkan shalat fardhu itu, walaupun hanya satu waktu. Pelaksanaan shalat fardhu haruslah paripurna yaitu lengkap dan runtut sesuai waktu pelaksanaanya.
Dengan shalat fardhu inilah orang beriman akan hidup disiplin, yakni melaksanakan shalat sesuai yang ditentukan waktu dan jumlah pelaksanaannya. Orang beriman tidak boleh melaksanakan shalat fardhu disembarang waktu dan juga tidak boleh mengurangi dan menambah jumlah rakaatnya.
Melaui shalat fardhu inilah orang beriman dingatkan ada waktu untuk menghadap Allah Swt. Di saat pelaksanaannya seorang hamba harus dalam keadaan suci, yaitu terbebas dari hal-hal yang bisa mengotori dirinya. Maka bagi orang yang akan melaksanakan shalat fardhu haruslah terlebih dahulu wudhu. Tanpa wudhu maka shalatnya tidak akan diterima alias tidak sah.
Itulah contoh sikap disiplin dalam pelaksanaan shalat fardhu lima waktu. Seseorang tidak dibenarkan shalat dalam keadaan kotor. Setiap diri harus terbebas dari hadas yang terlihat secara kasat mata dan dapat dirasakan serta terbebas dari segala hal yang bersifat rohani atau hati harus selalu bersih.
Setelah kita bisa disiplin dan istiqomah dalam berwudhu jelang shalat fardhu, selanjutnya kita disiplin dalam mengenakan baju, atau sarana dalam pelaksanaan shalat. Pakaian dan sarana lainnya yang dipakai untuk shalat haruslah yang bersih, baik dan halal. Artinya harus bersumber dari hal yang baik dan halal. Tidaklah pantas kita akan shalat memakai pakaian dari hasil menipu dan mencuri. Tidaklah pantas kita shalat di masjid, apabila masjid yang dibangun hasil dari perbuatan tidak baik.
Jadi, setiap diri harus disiplin dalam menggunakan sarana yang akan dipakai dal pelaksanaan shalat. Bukan hanya harus harus bersih batinnya tapi lahiriyah nya pun harus terbebas dari ketidak halalan.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan shalat setiap hamba harus benar-benar bisa menunaikan sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Shalat harus memperhatikan rukun dan sunnah nya. Tidaklah benar jika seseorang shalat tapi mengabaikan rukun dan sunnahnya. Tapi shalat harus dilaksanakan dengan penuh kekhusuan, keikhlasan yakni tunduk dan rendah hati di hadapan Allah Swt.
Kemudian terakhir, dampak atau tujuan dari shalat adalah bisa mencegah perbuatan keji dan munkar. Dengan shalat itulah diharapkan akan menjaga dan menghindarkan setiap orang yang melaksanakan shalat berlaku zalim, yaitu zalim kepada dirinya dan orang lain.
Tidaklah mungkin jika seseorang apabila shalatnya benar dan khusu dalam melaksanakannya, setelah shalat masih mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Tetapi sebaliknya seseorang yang biasa dan taat melaksanakan shalat fardhu, ia pasti akan melaksanakan sagala kebaiakan yang telah diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya.
Itulah, inti dari momentum peringatan Isra Mikraj akan membentuk pribadi muslim yang taat dan disiplin dalam segala aspek kehidupan.